BOLASPORT.COM - Piala AFF U-23 2023 menjadi turnamen yang banyak dikritik terutama karena dimulai saat liga berjalan, ada beberapa hal tak biasa yang baru saya temui sepanjang meliput turnamen.
Laporan Langsung Wartawan BolaSport.com, Bagas Reza Murti dari Rayong, Thailand.
Sebelum mulai, turnamen Piala AFF U-23 2023 sudah banyak menerima kritik.
Bahkan pelatih timnas U-23 Indonesia, Shin Tae-yong mengusulkan agar ajang ini ditiadakan saja pada edisi berikutnya.
Hal ini karena tidak ada urgensi memainkan turnamen tak resmi di tengah penyelenggaraan Liga domestik yang tetap berjalan.
"Saya berharap tidak ada lagi turnamen AFF U-23 karena pemain-pemain U-23 itu banyak yang bermain di Liga 1," ucap Shin Tae-yong.
Pernyataan ini cukup beralasan, karena hanya AFF federasi sepak bola regional yang masih memiliki turnamen U-23.
Padahal seiring perkembangan sepak bola, pemain di rentang usia 19-23 tahun sudah menjadi andalan di timnya dan sudah tidak dikategorikan sebagai pemain usia muda.
Penyelenggaraan Piala AFF U-23 juga kerap mati suri.
Edisi perdana turnamen ini adalah pada 2005 yang diikuti 8 negara.
Berselang 6 tahun, sejatinya Indonesia jadi tuan rumah pada 2011 namun dibatalkan karena renovasi Stadion Jakabaring, Palembang yang rencananya jadi venue.
Piala AFF U-23 baru digelar lagi pada 2019, atau 8 tahun setelah edisi 2011 batal, atau 14 tahun setelah edisi perdana.
Saat itu, turnamen diadakan sebagai persiapan untuk negara-negara ASEAN menghadapi SEA Games dan Kualifikasi Piala Asia U-23.
Pada edisi 2022, turnamen diadakan kembali dengan tujuan serupa, Indonesia pada edisi kali ini menarik diri karena sejumlah kasus COVID-19 masih ditemukan di antara para pemain.
Di edisi 2023 Piala AFF U-23 berlangsung justru setelah SEA Games 2023 Kamboja, hal yang melenceng dari tujuan awal sebagai persiapan SEA Games.
Namun, Piala AFF U-23 2023 tetap digelar dengan alasan tetap bisa jadi persiapan untuk Kualifikasi Piala Asia U-23 2024.
Meliput langsung Piala AFF U-23 2023 di Rayong, Thailand saya juga kaget saat tidak ada konferensi pers (preskon) tim setelah match usai.
Hal ini saya sadari ketika laga timnas U-23 Indonesia Vs Malaysia usai pada Jumat (18/8/2023) malam WIB.
Saya dan beberapa wartawan masuk ke ruang konpers, dan setelah itu LOC memberitahukan bila tak ada sesi konpers setelah laga.
Baca Juga: Piala AFF U-23 2023 - Shin Tae-yong Pertanyakan Penalti Malaysia: Itu Bukan Pelanggaran!
Wartawan hanya bisa melakukan sesi interview di mixed zone Rayong Provincial Stadium.
Alhasi, pelatih dan wartawan harus terus berdiri saat sesi wawancara berlangsung.
Tidak jelas alasan mengapa mereka meniadakan sesi konpers padahal sudah ada ruangan khusus konferensi pers yang ada di Stadion.
Yang jelas, ternyata di seluruh pertandingan Piala AFF U-23 2023 juga tidak diadakan konpers, baik di Rayong Provincial Stadium dan PTT Stadium.
Pengalaman tak mengenakkan juga dialami suporter Indonesia yang hadir di Stadion.
Puluhan suporter sempat bersitegang dengan pihak keamanan karena tidak boleh berisik.
Hal ini direspons keras oleh suporter karena mereka merasa tidak melakukan kesalahan dengan menabuh drum dan menggunakan pengeras suara.
"Yang terjadi di tribune tadi, sebenarnya karena itu tribune VVIP, katanya nggak boleh ada megaphone, alat pengeras suara-lah karena mengganggu tamu VVIP," kata Dian Fuji Lestari, dari Departemen Suporter Development and Fan Engagement PSSI yang hadir di Stadion.
"Jadi kita disuruh pindah ke tribune sayap selatan. Cuma memang tiket kita itu tadi dikasihkan sebenarnya kategori satu jadi sempat ada ricuh dikit di sana karena suporter sendiri pun biasanya membawa drum, pengeras suara itu tidak masalah."
"Tadi ada cekcok sedikit itu karena dari pihak keamanan dan panpel di AFF ini melarang suporter tidak ada megaphone," tambahnya.
View this post on Instagram
Editor | : | Bagas Reza Murti |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar