BOLASPORT.COM - Ketika pebulu tangkis tunggal putra Thailand, Kunlavut Vitidsarn, masih menjadi pemain yang sedang naik daun, dia mengatakan kepada pelatihnya bahwa suatu hari ia akan menaklukkan dunia dengan menjadi juara dunia.
Dan pemain peringkat ke-3 dunia itu mewujudkannya di Kopenhagen, Denmark, 27 Agustus hanya dalam partisipasinya ketiga pada kejuaraan dunia.
Hasil ini terhitung positif untuk pebulu tangkis yang keluar masuk rumah sakit saat masih kecil karena alergi.
Namun, semua berubah ketika ayahnya memperkenalkannya pada bulu tangkis pada usia tujuh tahun, dan hal itu membantunya mengatasi masalah kesehatan.
Pemain berusia 23 tahun ini merupakan salah satu dari sekian banyak pemain yang berhasil melakukan transisi sempurna dari level junior ke senior.
Vitidsarn adalah juara dunia junior tiga kali sebelum mengalihkan perhatiannya ke tur dunia senior.
Pemain kelahiran Chonburi ini mewakili generasi penerus bulu tangkis yang akan mendominasi bulu tangkis.
Vitidsarn tetap belum puas dan bertekad untuk mencapai mimpi berikutnya.
Dalam wawancaranya dengan Federasi Bulu Tangkis Dunia di Kopenhagen yang dilansir dari News Straits Times, Vitidsarn mengatakan bahwa ia memiliki dua target lain yakni medali emas Olimpiade dan juara All England.
Dan atlet Thailand ini tentunya memiliki kemampuan untuk mencapai semua itu.
Vitidsarn yang mengagumi Lee Chong Wei (Malaysia) suka menipu dan memainkan pukulan-pukulan sulit.
Permainannya mungkin tidak menghibur, tetapi efektif dan cara bermainnya sangat menyulitkan lawan untuk membaca permainannya.
Baca Juga: Skorsing Pebulu Tangkis Rusia dan Belarusia Dicabut Mulai 26 Februari 2024
Sebagai catatan, Thailand menjadi negara Asia Tenggara ketiga yang melahirkan juara dunia tunggal putra setelah Indonesia dan Singapura.
Mungkin pemain tunggal putra lainnya harus belajar satu atau dua hal dari Kunlavut tentang kesabaran, ketekunan, etos kerja, dan kerja keras.
Pebulu tangkis yang rendah hati dan berbakat, yang bekerja keras dan menghindari kontroversi akan mencapai kesuksesan dibandingkan dengan mereka yang menganggap dirinya lebih besar dari olahraga, pelatihnya, dan badan nasional.
Media sosial akan memberi Anda kesepakatan dukungan, tetapi tidak mendapatkan gelar dunia dan Olimpiade.
Dan Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia harus menemukan solusi untuk membantu para pemainnya melakukan transisi dari bulu tangkis junior ke senior.
Pada Kejuaraan Dunia 2022, Vitidsarn harus mengakui keunggulan Viktor Axelsen (Denmark) pada partai final.
Pemain berusia 22 tahun itu membawa pulang mahkota dunia ketiga untuk Thailand setelah Ratchanok Intanon di tunggal putri (2013) dan Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai di ganda campuran pada 2021.
"Saya sangat senang akhirnya bisa meraih gelar juara dunia setelah saya kalah di final tahun lalu,” kata Kunlavut kepada media setibanya di bandara Suvarnabhumi dilansir BolaSport.com dari Bangkokpost.
"Memenangkan gelar juara dunia selalu menjadi impian saya dan akhirnya saya berhasil mewujudkannya."
Vitidsarn sebelumnya sudah mengoleksi tiga gelar juara dunia junior yang didapat secara berturut-turut pada 2017-2019.
Vitidsarn akan mendapat libur minggu ini sebelum kembali beraksi pada China Open 2023 di Changzhou, 5-10 September.
"Saya selanjutnya akan bermain pada China Open (Super 1000) dan kemudian Hong Kong Open (Super 500) pada berikutnya," ucap Vitidsarn.
"Saya akan melakukan yang terbaik di dua turnamen itu dan berusaha mempertahankan performa saya di kejuaraan dunia," ujar Vitidsarn.
Vitidsarn mengaku mengikuti begitu banyak turnamen jelang Asian Games yang sedianya akan dimulai pada 23 September, bisa mempengaruhi tingkat kebugarannya karena ia tidak punya cukup waktu untuk berlatih jelang event di Hangzhou.
"Saya lebih memilih untuk tidak berpikir terlalu jauh ke depan dan fokus pada pertandingan berikutnya. Saya tidak ingin memberikan terlalu banyak tekanan pada diri saya sendiri," ucapnya.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | News Straits Times |
Komentar