BOLASPORT.COM - Mantan pelatih tunggal putra Indonesia, Mulyo Handoyo, memberi kritik terhadap PBSI selaku induk olahraga bulu tangkis tanah air imbas hasil buruk pada Asian Games 2022.
PBSI dianggap bertanggung jawab setelah tim bulu tangkis Indonesia mencatatkan hasil terburuk sepanjang sejarah Asian Games.
Bagaimana tidak, Merah Putih gagal mengamankan satu pun medali dari tujuh nomor yang dipertandingkan pada Asian Games 2022.
Ini menjadi sebuah rekor yang mengenaskan. Sebelumnya Indonesia selalu meraih medali di bulu tangkis sejak tepok bulu menjadi cabor resmi Asian Games pada 1962.
Kegagalan ini menegaskan pencapaian buruk Indonesia di event-event besar bulu tangkis dalam dua tahun terakhir.
Di Kejuaraan Dunia, Indonesia tak pernah mencetak emas lagi dengan hanya cuma ada satu wakil sejak semifinal dalam edisi terakhir di Kopenhagen, Denmark, pada Agustus lalu.
Saat menjadi tuan rumah turnamen sirkuit akbar yaitu Indonesia Open, Indonesia juga mengalami puasa gelar dalam edisi 2022 dan 2023.
Dalam rangkaian BWF World Tour pun pencapaian Indonesia juga mengalami penurunan dengan sering kali wakil Tanah Air tersingkir di babak-babak awal.
Tahun ini Indonesia baru 10 kali merengkuh gelar di semua event World Tour, ini hanya dua trofi lebih banyak dari milik tunggal putri nomor satu, An Se-young (Korea Selatan).
Tren kurang memuaskan ini pun akhirnya menghadirkan kecemasan terhadap peluang tim bulu tangkis Indonesia di Asian Games 2022.
Walau secercah harapan hadir dari dua gelar di Hong Kong Open 2023, turnamen World Tour terakhir sebelum Asian Games, kekhawatiran itu akhirnya benar terjadi.
Tim Indonesia terpentok di perempat final, baik dari event-event beregu maupun perorangan, meski menjadi unggulan pertama di tiga nomor.
Melihat level bulu tangkis Indonesia yang sedang jatuh, Mulyo Handoyo mengatakan bahwa PBSI harus melakukan pembenahan secara menyeluruh.
Artinya, bukan hanya pemain saja yang perlu dievaluasi.
Pelatih yang membawa Taufik Hidayat merebut emas Olimpiade Athena itu menilai PBSI perlu melakukan pembenahan dari sisi manajemen dan kepelatihan.
"Semuanya harus dievaluasi mulai dari manajemen, kepelatihan,"kata Mulyo Handoyo kepada Antara News, dikutip BolaSport.com.
"Ini harus semuanya dievaluasi karena kan enggak ada medali sama sekali," imbuh pria yang juga berperan mengangkat level prestasi tunggal putra India dan Singapura.
Mulyo Handoyo melanjutkan bahwa pembinaan atlet sejak usia belia juga menjadi salah satu langkah penting dalam perjuangan menuju kejayaan.
Dia mengatakan PBSI selaku federasi induk bulu tangkis tanah air perlu duduk bersama mencari solusi dan tidak saling menyalahkan.
“Setahu saya, bulu tangkis selama mengikuti Asian Games selalu mendapat medali emas. Jadi, semua harus introspeksi diri," imbuh Mulyo.
"Ini menyangkut nama baik Indonesia, pokoknya untuk kepentingan nasional harus diutamakan,” tambahnya.
Evaluasi mau tidak mau harus dilakukan segera karena kurang dari setahun lagi ajang multi-event terbesar yakni Olimpiade akan digelar.
Diketahui, bulu tangkis adalah satu-satunya cabang olahraga yang mampu menghasilkan medali emas untuk Indonesia di Olimpiade.
Mulyo Handoyo juga mengatakan bahwa komitmen untuk melakukan evaluasi dan belajar dari kegagalan wajib hukumnya.
“Ini perlu evaluasi secara tegas, apalagi ini sejarah tidak mendapatkan medali. Paling nggak kan semua harus berbenah diri baik itu manajemennya, kepelatihannya,” katanya.
Selain itu, Mulyo juga menyoroti kinerja bidang pembinaan dan prestasi atlet (Binpres) di PBSI.
Mulyo menambahkan bahwa perencanaan yang matang diperlukan dalam mengikuti kejuaraan karena hal tersebut akan menjadi tiang utama keberhasilan.
“Terutama Binpres (Bidang Pembinaan Prestasi) ini bagaimana membuat planning-nya, perencanaannya," kata Mulyo.
"Terus pelatih bagaimana mengejar target-target yang harus dicapai. Ini kan harus jelas semua, kalau di situ enggak jelas, mana bisa."
"Kalau kita kejar tanpa planning, tanpa perencanaan, iya begini jadinya,” kata Mulyo Handoyo.
Pada Asian Games 2022, PBSI melalui Kepala Bidang Binpres, Rionny Mainaky, menargetkan minimal tiga medali emas.
Target tersebut diberikan kepada beregu putra, tunggal putra, dan ganda putra di mana Indonesia punya unggulan pertama atau paling difavoritkan di atas kertas.
Sayangnya, di ketiga nomor itu Indonesia terhenti di perempat final alias satu babak sebelum semifinal yang memberi garansi medali.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Antaranews.com |
Komentar