BOLASPORT.COM - Harapan Indonesia untuk mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034 makin menipis.
Laporan tersebut disampaikan oleh salah satu media asal Australia, Sydney Morning Herald.
Sebelumnya, FIFA telah resmi mempersilahkan negara-negara Asia dan Oseania untuk mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034.
Tentu, pengumuman tersebut membuat Indonesia berpeluang besar untuk jadi tuan rumah Piala Dunia level senior.
Indonesia baru akan bersiap untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 pada tahun ini.
Namun, harapan tersebut kini semakin berat.
Sejauh ini, jika Indonesia mau mengajukan diri sebagai tuan rumah, Australia dan Saudi Arabia sudah siap bersaing untuk mendapatkan hak sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034.
Namun, kabar buruk datang juga dari Australia.
Australia dikabarkan tidak mengajak Indonesia untuk mencalonkan diri sebagai tuan rumah.
Hal ini disebabkan karena memori Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang pada 1 Oktober 2022 lalu.
Tragedi Kanjuruhan sendiri jadi musibah pertandingan sepak bola terburuk dalam 60 tahun terakhir.
"Ketika fans tim asal Indonesia, Arema FC, menyerbu lapangan setelah kalah dari rival nya Persebaya Surabaya dan memicu bencana Stadion sepak bola terburuk setelah hampir 60 tahun, membunuh 135 orang, dampaknya terasa di seluruh dunia," tulis Sydney Herald Morning.
Sebelumnya, Australia sendiri sudah mengajak Indonesia dan Selandia Baru sebagai tuan rumah bersama Piala Dunia 2034.
Rencana tersebut sudah dilaporkan oleh media yang sama pada tahun 2021 silam.
Namun, rencana ambisius Australia menggandeng Indonesia melayang akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan tersebut.
"Di Australia, hal ini melemahkan ambisi lama untuk menjadi tuan rumah acara oleharaga terbesar di dunia: Piala Dunia FIFA putra," tulis Sydney Morning Herald.
"Rencana penawaran tiga arah antara Australia, Indonesia, dan Selandia Baru untuk edisi tahun 2034 sudah dibahas secara longgar. Mereka sekarang tergelincir," lanjut SMH.
Lebih memilukannya lagi, faktor pembatalan Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 makin membuat Australia kurang percaya dengan kapabilitas Indonesia untuk menyelenggarakan turnamen internasional dibawah FIFA.
"Dan seolah-olah ingin memastikan hal tersebut, kontroversi seputar keterlibatan Israel dalam Piala Dunia U-20 putra – di mana para pengunjuk rasa, termasuk gubernur Bali, akhirnya memaksa FIFA untuk mencabut hak tuan rumah Indonesia – merupakan pukulan telak bagi reputasi Indonesia di dunia sepak bola," tulis Sydney Morning Herald.
"[Sepak Bola Indonesia] telah dikacaukan oleh korupsi selama bertahun-tahun, campur tangan politik, dan potensi yang terbuang sia-sia," lanjutnya.
Meski begitu, Australia dilaporkan tetap tidak menyerah untuk ambisi nya jadi tuan rumah Piala Dunia 2034.
Berdasarkan kesuksesan penyelenggaraan Piala Dunia Wanita 2023 bersama Selandia Baru membuat Australia optimis melanjutkan formula tersebut.
Namun, Australia dan Selandia Baru tidak mau mencalonkan sendirian.
Kedua negara tersebut mengajak Singapura dan Malaysia sebagai pengganti Indonesia.
Baca Juga: Kejuaraan Tarkam Piala Kemenpora 2023 Dimulai, Waktunya Cari Atlet Berbakat
"Jadi jika Indonesia adalah partner yang beresiko, siapa yang masuk akal jadi partner kedua negara tersebut?" tulis SMH.
"Jawaban yang jelas hanya tertuju pada dua negara di sebelah utara [Indonesia]: Singapura dan Malaysia."
Tentu, ajakan kedua negara untuk Singapura dan Malaysia sendiri juga mendapatkan tantangan dari negara-negara ASEAN.
Sebelumnya pada 2022 lalu, sepuluh negara ASEAN termasuk Indonesia sudah mulai membahas kemungkinan jadi tuan rumah bersama Piala Dunia 2034.
"Kesepuluh negara ASEAN juga telah membahas tawaran bersama di antara mereka sendiri – namun jika kedua negara ini menarik diri dan bergabung dengan negara-negara trans-Tasman, yang terkenal secara global karena keahlian mereka dalam acara besar, untuk membentuk tawaran Asia-Pasifik yang menarik," tulis Syned Morning Herald.
"Hal ini tentu saja merupakan sebuah tantangan. menang untuk semua orang," tutup laporan mereka.
Editor | : | Bagas Reza Murti |
Sumber | : | Sydney Morning Herald |
Komentar