BOLASPORT.COM - Luca Marini mengisyaratkan keinginannya untuk keluar dari zona nyaman demi mimpi besarnya di MotoGP. Melepas embel-embel Valentino Rossi dan keluar dari tim VR46 pun siap dilakukannya.
Kepercayaan diri Luca Marini terus bertumbuh dengan tren performa yang lebih konsisten pada MotoGP 2023.
Walau tak semeledak rekan setimnya, Marco Bezzecchi, yang sudah mencetak tiga kemenangan, Marini masih berada di jalur untuk progres pelan tapi pasti yang menjadi ciri khasnya.
Sudah empat kali Marini finis tiga besar dengan tiga di antaranya terjadi dalam sprint, termasuk saat seri MotoGP Thailand pada akhir pekan lalu.
Menjadi Marini sendiri tidak mudah. Sebab, hubungan darah dengan Valentino Rossi membuat status "adik Rossi" terus melekat pada dirinya sejak serius menggeluti balap motor.
Marini dan Rossi, yang seorang legenda di MotoGP dengan sembilan gelar juara dunia, merupakan saudara satu ibu tetapi berbeda ayah.
Embel-embel sebagai adik Valentino Rossi terus melekat dalam sosok Marini, termasuk ketika dia berhasil meraih hasil-hasil bagus.
Lebih-lebih, langkah Marini dalam menembus MotoGP tidak lepas dari tim VR46 yang dibentuk oleh kakak tirinya tersebut.
Marini selalu memperkuat VR46 sejak 2018 di kelas Moto2 sampai di MotoGP sejak 2021.
Baca Juga: Sudah Tahu Honda Tanpa Marc Marquez, Pembalap Penguji Cuma Harapkan Uluran Tangan
Tahun depan pembalap berusia 26 tahun akan menjalani musim ketujuh secara beruntun bareng tim balap asal Tavullia, Italia, tersebut.
Marini menyadari bahwa ia harus bisa keluar dari zona nyamannya dan melepas keterikatannya dari bayang-bayang The Doctor.
"Tentu saja (meninggalkan VR46) adalah sesuatu yang harus saya lakukan. Saya harus membuat jalan saya sendiri," ujar Marini seperti dilansir BolaSport.com dari AS.
"Di tim saya saat ini, saya sangat profesional, saya bekerja 100 persen setiap hari untuk mencapai hasil terbaik."
"Namun jika saatnya tiba, saya akan mencoba bergabung dengan tim pabrikan, karena saya memiliki kepercayaan diri yang besar untuk mengembangkan motor.'
"Saya rasa saya memiliki sensitivitas luar biasa yang hanya dimiliki oleh sedikit pembalap. Saya merasa bisa bekerja dengan sangat baik di garasi bersama para insinyur."
"Perasaan saya sangat jelas dan saya bisa menjelaskan dengan sangat baik dalam semua bahasa dan mengatakan apa yang dibutuhkan motornya."
Marini bisa berbicara dalam bahasa Italia, Inggris, Spanyol, Prancis, dan sedikit Polandia.
Impian menjadi juara dunia MotoGP memang berada di benak Marini walau lagi-lagi ini dilakukan dengan caranya.
"Tentu saja. Ya, ya, ya, ya, ya, tapi kita harus melakukannya secara bertahap," kata Marini soal apakah menjadi juara dunia MotoGP adalah target realistis baginya.
"Langkah selanjutnya adalah memenangkan balapan."
"Selanjutnya adalah bergabung dengan tim pabrikan, untuk mengembangkan motor bagus yang sempurna untuk gaya berkendara saya."
"Tentu saja, untuk saat ini saya merasa sangat nyaman dengan (motor) Ducati," imbuh pemenang enam lomba grand prix tersebut.
Marini punya pengalaman bersaing dalam perebutan gelar.
Pada musim 2020 dia sempat memimpin perburuan gelar Moto2 berkat hasil 3 kemenangan dan 2 podium lainnya dalam 9 seri pertama.
Sayangnya, kecelakaan hebat pada seri GP Prancis merusak asa Marini untuk mengikuti salah satu pencapaian Rossi yaitu menjadi juara dunia.
Marini menjadi runner-up kejuaraan. Sebagai informasi, musim itu dia melawan Bezzecchi, Enea Bastianini, dan Jorge Martin yang menjadi jawara-jawara baru di MotoGP.
Lesatan mantan rival-rivalnya di kelas menengah itu memberi inspirasi bagi Marini.
Secara khusus dia melihat Martin yang sedang bersaing sengit dengan Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo) untuk gelar juara walau memperkuat tim satelit.
Martin berpotensi menjadi juara dunia MotoGP pertama dengan tim satelit setelah hanya berselisih 13 poin Bagnaia yang memperkuat tim pabrikan Ducati
Soal mimpi bergabung dengan tim pabrikan, Marini bisa sedikit berkompromi dengan 'melipir' ke tim satelit lain asalkan dibekali motor pabrikan seperti Martin.
"Martin menunjukkan bahwa hal itu mungkin," kata Marini.
"Saya tidak berpikir dia bisa memenangkan Kejuaraan Dunia, tetapi Pramac memiliki status yang sangat pabrikan, lebih dari tim kami, dengan motor yang luar biasa dan insinyur Ducati dengan banyak pengalaman."
"Kami memulai musim dengan sedikit perbedaan teknis, tetapi setiap sesi perbedaannya semakin meningkat," tandasnya.
Walau ingin meninggalkan VR46, Marini tidak akan melakukannya musim depan.
Tawaran sebenarnya sudah datang. Sky Sport Italia melaporkan manajer tim Honda, Alberto Puig, telah menemui Marini untuk memintanya bergabung.
Marini menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan Repsol Honda untuk menggantikan Marc Marquez yang akan pindah ke tim satelit Ducati lainnya, Gresini.
"Jika rumor itu benar, saya akan merasa senang," ucap Marini dalam wawancara lain di sela-sela MotoGP Thailand, dikutip dari Motosan.es.
"Tapi saya sudah punya kontrak dengan VR46, dan tidak ada klausul (keluar) untuk dieksploitasi."
"Bagaimanapun, saya sudah sangat puas dengan hasil yang kami peroleh bersama dengan tim ini," tandasnya.
Baca Juga: Adik Valentino Rossi Jawab Tawaran Gantikan Marc Marquez di Honda
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | GPOne.com |
Komentar