Apalagi dari sisi teknik yang menjadi perbedaan dari latar belakang setiap petarung. Belum lagi dari ciri fisik yang membedakan dengan petarung Tanah Air.
"Pasti berbeda. Karena saya di sini sering bertarung dengan petarung Cage Warrior, UFC," ungkap Jeka Saragih dalam wawancara bersama Juara.net, Rabu (15/11/2023).
"Perbedaannya dari segi postur, stamina, dan teknik-teknik yang digunakan dalam MMA seperti striking, gulat, dan BJJ (Brazlian Jiu-Jitsu)," imbuhnya.
Tidak bisa dipungkiri, Jeka mengakui bahwa ia masih harus belajar banyak dari berbagai hal jika ingin mengejar level petarung UFC kelas atas.
Demi mengejar ketertinggalan, selain porsi latihan yang pasti akan berbeda, ia juga mempersiapkan aspek non-teknis seperti dari pola pikir dan mental bertanding.
"Sejauh ini, soal mengejar ketertinggalan itu, saya harus terus latihan di Amerika Serikat. Membutuhkan waktu jangka panjang untuk mengejar ketinggalan dari petarung-petarung MMA yang ada di UFC," kata Jeka.
"Ya, semoga Mola terus mendukung saya," tambah petarung 28 tahun itu.
"Kalau menjaga mental dan mindset saya itu, pasti dengan (cara memandang) latihan saya yang keras."
"Yang di mana menurut saya itu lebih sakit di latihan ketimbang saat bertarung. Karena pertarungan cuma 15 menit, sedangkan latihan sampai dua jam. Pagi dua jam, dua jam (lagi)."
"Kalau kami baru sesi sparring dan cedera, besoknya sudah harus latihan lagi."
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Juara.net |
Komentar