BOLASPORT.COM - Perubahan susunan mekanik terjadi di tim Repsol Honda jelang menatap MotoGP 2024 dengan wajah baru.
Kepindahan pembalap nomor wahid, Marc Marquez, setelah 11 musim dan kejayaan yang diraih bersama membuat Repsol Honda memulai lembaran baru.
Kini, panji-panji tim pabrikan tersukses di MotoGP tersebut berada di pundak Joan Mir dan Luca Marini yang tergolong "hijau".
Meski punya pengalaman besar dengan torehan gelar juara dunia MotoGP bersama Suzuki, Joan Mir baru bergabung dengan Honda pada musim lalu.
Adapun Marini malah tidak pernah punya pengalaman memperkuat tim pabrikan sebelum berani menawarkan diri untuk mengisi kursi yang dilepas sosok juara dunia delapan kali.
"Luca adalah pembalap pertama yang menghubungi kami ketika kepergian Marc diumumkan," ungkap manajer tim Honda, Alberto Puig, kepada MotoGP.com.
"Melihat situasi dan perkembangannya, yang bagus dari tahun ke tahun, kami memutuskan untuk merekrutnya."
"Kami percaya bahwa dengan pengalamannya bersama motor lain, dia akan membantu kami," imbuh mantan pembalap GP500 itu.
Marini akan berkolaborasi bersama tim mekanik yang sebelumnya bekerja bagi Mir dengan Giacomo Guidotti sebagai kepala kru.
Baca Juga: Tes MotoGP Valencia - Mental Bagnaia Tak Runtuh Walau Marquez Jadi Musuh Terkuatnya pada MotoGP 2024
Sementara Mir akan mewarisi kru kepercayaan Marc Marquez yang dipimpin oleh Santi Hernandez, minus mekanik Javier Ortiz yang diboyong Si Semut dari Cervera ke Gresini.
Dipasangkan dengan kepala kru yang berasal dari negara yang sama akan menguntungkan Marini dan Mir dalam hal komunikasi.
Publik mungkin akan menghubung-hubungkan fakta bahwa ada sejarah ketegangan antara kakak Marini, Valentino Rossi, dengan Marquez dan Hernandez sebagai penyebabnya.
Namun, faktanya menentukan kepala kru bagi pembalap memang bukan hal yang sederhana.
Menemukan chemistry yang ideal menjadi kunci. Saking krusialnya rasa saling percaya antara pembalap dan kepala kru, hubungan keduanya diibaratkan seperti pernikahan.
Kepala kru ideal pun tak selamanya harus menguasai detail motor secara teknis dan kombinasi Marc Marquez-Santi Hernandez adalah contoh nyatanya.
Saat ditarik Honda ke MotoGP pada 2013 dia lebih memilih membawa Santi Hernandez meski tidak punya pengalaman sebagai kepala kru sebelumnya di kelas para raja.
Padahal Marquez berpeluang mewarisi kepala kru peninggalan pendahulunya, Casey Stoner, yaitu Cristian Gabbarini.
Familiar? Gabbarini merupakan salah satu kepala kru bertabur gelar di MotoGP dengan torehan empat gelar juara dunia bersama Stoner (2 kali) dan, kin, Francesco Bagnaia (2 kali).
Akan tetapi, rasa nyaman tetap yang utama. Intinya, cocok-cocokkan.
"Tentunya hal yang sangat penting adalah bahwa pembalap memercayai (kepala krunya)," ujar eks bos Honda, Livio Suppo, dilansir dari Ashpalt dan Rubber.
"Beberapa pembalap memerlukan kepala kru yang lebih kuat. Sebagian memerlukan seseorang yang sangat teknis dan bisa menjelaskan detail dengan sangat baik."
"Jadi sangat-sangat sulit untuk membicarakan hal ini secara umum."
"Berdasarkan pengalaman saya, terkadang lebih baik memiliki kepala kru dengan latar belakang teknis yang kurang tetapi lebih memiliki bakat pendekatan manusiawi."
"Bagi Marc, dia memercayai Santi lebih dari siapapun di dunia. Jadi dia menginginkan Santi meski tidak punya pengalaman. Dia ingin tumbuh bersama dengan Santi."
Marini sendiri dikenal sebagai pembalap yang teknis. Daya analisis dan kebiasaan bekerja secara metodis menjadi karakter yang lebih menonjol darinya.
"Dia orang yang sangat teknis, jadi dia punya banyak metode," ujar Johann Zarco, rider anyar LCR Honda yang juga datang dari skuad Ducati seperti Marini, dikutip dari The-Race.
"Saya pikir meski dia tidak lebih lama di Ducati daripada saya, dia tahu Ducati dengan lebih baik daripada saya."
Alhasil, dalam urusan performa di lintasan, kecepatan Marini tidak meledak secara awal melainkan bertahap hingga sering disamakan dengan mesin diesel.
Marini pun tidak diekspektasikan untuk membantu Honda dengan hasil nyata di lintasan dalam waktu yang singkat tetapi melalui peningkatan pada motornya.
"Luca membawa pengalaman, tetapi juga saya pikir dia adalah seorang pembalap yang halus dan biasanya pembalap seperti ini sangat sensitif," komentar Joan Mir.
"Dia bukan pembalap yang mengerem seperti binatang dan tidak peduli dengan motornya. Dia mungkin memahami beberapa hal," imbuhnya.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Komentar