Sebagai pelatih, pria asal Amerika Serikat tersebut menegaskan timnya membutuhkan lebih dari sekadar permainan kolektif.
"Kami perlu untuk menunjukkan bahwa kami bekerja keras sebagai sebuah tim, tapi hal tersebut masih kurang," ucap Trinsey.
Dalam kesempatan yang sama, dia juga mengakui tidak ada keterpaduan antara setter dan para penyerang.
"Kami tidak memiliki ritme yang bagus antara setter dan penyerang kami, efisiensi serangan kami dalam transisi rendah," kata Trinsey.
"Kami mendapatkan banyak bola tapi kami tidak bisa memukulnya atau kami harus memberikannya kepada lawan," imbuhnya.
Lebih lanjut, Trinsey menegaskan tidak ada tekanan kepada para pemainnya, yang ada hanyalah instruksi untuk menjalankan strategi.
"Saya rasa tidak ada tekanan kepada para pemain," kata Trinsey, dilansir dari laman The Spike.
"Saat pelatih meminta mereka untuk bermain dengan cara ini, mereka perlu mencoba mengeksekusinya di lapangan."
"Ini bukan tentang menyelesaikan masalah besar sekaligus, ini tentang membuat perubahan kecil satu per satu," imbuhnya.
Meski belum berhasil keluar dari tren buruk 18 kekalahan beruntun, Trinsey belum kehabisan akal untuk memperbaiki kondisi ini.
Ikatan tim dinilai menjadi hal yang dibutuhkan timnya saat ini, di mana jika hal itu tercapai maka masalah dari sisi teknis akan bisa ditutupi.
"Saya pikir penting untuk meningkatkan jumlah waktu kami bermain dengan baik secara konsisten," ucap Trinsey.
"Pertama-tama, kerja sama tim adalah hal penting, kami membutuhkan ikatan tim yang kuat."
"Begitu kami memilikinya, bagian teknis akan datang dengan sendirinya, saya pikir kami harus mendapatkan hal itu lebih dulu," imbuhnya.
Baca Juga: Liga Voli Korea - Pelatih Red Sparks Ungkap Alasan Megawati Jarang Dapat Bola dan Cetak Sedikit Poin
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | thespike.co.kr |
Komentar