BOLASPORT.COM - Jagat bulu tangkis sedang bersedih seiring rentetan pengumuman pensiun dari para jawara yang yang menutup karier terlalu cepat.
Kesedihan memuncak karena tiga pemain yang pernah mendominasi sektor memutuskan untuk memulai masa purnatugas hanya dalam rentang waktu dua bulan saja.
Tanggal 9 Maret 2024, Marcus Fernaldi Gideon mengumumkan keputusan pensiun dari kompetisi bulu tangkis profesional bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-33.
Cedera di kedua pergelangan kaki dan masa depan yang tidak pasti membuat pemain yang terafiliasi dengan PB Tangkas dan Jaya Raya ini memilih untuk menutup karier profesional.
Marcus pernah menguasai ganda putra bersama Kevin Sanjaya Sukamuljo hingga menduduki peringkat 1 dunia selama 226 pekan dengan rekor 214 pekan beruntun.
Sepanjang karier Marcus telah menyabet 19 gelar BWF World Tour, 11 gelar Superseries, 3 gelar turnamen Grand Prix, 1 medali emas Asian Games, dan 1 medali emas Thomas Cup.
Kejuaraan Dunia dan Olimpiade menjadi noda karena Minions, julukan Marcus/Kevin, tak pernah pulang dengan membawa medali. Sayangnya, mimpi ini harus diakhiri.
Era Marcus dan Kevin dipastikan berakhir setelah pemain yang disebut kedua menyusul dengan pernyataan gantung raket pada 16 Mei 2024.
Kevin, yang sering dipuji sebagai pemain dengan talenta besar, pensiun di usia 28 tahun, masih muda dan bahkan usia emas untuk ukuran atlet.
Ambisi untuk menjadi juara membuat Kevin tidak puas hanya menjadi penggembira. Sayangnya, tidak ada jaminan yang membuatnya mau bertahan.
Marcus/Kevin mengalami cobaan hebat sejak pandemi Covid-19 merebak pada 2020. Terhentinya kompetisi memutus momentum mantan ganda putra nomor satu ini.
Ini diperparah dengan berbagai kasus Covid yang menjegal Marcus/Kevin secara pribadi hingga tim Indonesia yang menyebabkan periode kering kompetisi selama 1,5 tahun.
Sempat bangkit dengan mencapai lima babak final secara beruntun pada pengujung tahun 2021, mereka tersandung lagi dengan cedera tumit yang dialami Marcus.
Baik Marcus dan Kevin sadar bahwa nasib mereka sebagai partner perlu dievaluasi. Namun, tidak ada kejelasan dari tim pelatih dan PBSI membuat mereka lebih legawa undur diri.
"Setelah (tur turnamen di) India hasilnya tidak memuaskan. Ingin bermain atau tidak bingung karena sudah berumur," ungkap Marcus sehari sesudah menyatakan gantung raket.
"Terlalu banyak yang dikorbankan menurut saya. Partner tidak ada. Opsi tukar pasangan saat bertanya dengan pelatih, tidak ada. Pelatih saat ditanya tidak tahu."
"Jadi saya kasihan, kuota saya bisa dipakai yang lain. Seleknas yang masuk cuma satu pemain. Lebih baik, kuota saya untuk pemain muda."
Marcus dan Kevin sempat mencoba bermain dengan partner baru pada tahun lalu. Akan tetapi, hasilnya tidak membuat mereka yakin untuk melanjutkannya.
Sebagaimana Marcus, Kevin juga berdiskusi dengan pengurus PBSI untuk bisa kembali mengejar prestasi tinggi.
"Saya bermain badminton bukan untuk menjadi penggembira, melainkan saya ingin memiliki tujuan yang jelas," tegas Kevin dalam surat perpisahannya dengan bulu tangkis.
Kevin menjelaskan bahwa dia mendapatkan jawaban pada pertengahan Januari tahun ini setelah menunggu beberapa bulan. Namun, jawaban yang didapat tak sesuai ekspektasinya.
"Jawaban yang diberikan tidak sesuai harapan saya dan saya tidak mendapatkan kesempatan untuk memiliki tujuan yang jelas."
"Akhirnya saya di akhir bulan Februari memutuskan untuk berhenti dari dunia badminton," ucap pemain jebolan PB Djarum ini.
Jika Indonesia kehilangan Marcus/Kevin, Jepang harus merelakan pengunduran diri eks tunggal putra nomor satu, Kento Momota, di usia 29 tahun, setelah Thomas Cup 2024 pada awal Mei ini.
Momota memimpin sektornya pada 2018 dan 2019, bersamaan dengan Marcus/Kevin di ganda putra walau Minions memulai setahun lebih awal karena Momota sempat diskors akibat kasus judi.
Berbagai pencapaian serba pertama dihadirkan Momota bagi negaranya berupa trofi Thomas Cup, posisi tunggal putra nomor satu dunia, dan Juara Dunia tunggal putra.
Pada 2019 Momota bahkan mencetak rekor dunia dengan 11 gelar dalam setahun.
Tahun 2020 juga langsung dibuka dengan podium tertinggi di Malaysia Masters, sayangnya dalam perjalanan menuju bandara, Momota mengalami kecelakaan.
Kecelakaan itu menyebabkan masalah penglihatan bagi Momota. Tragedi kalah dini di kandang saat Olimpiade Tokyo 2020 makin membuatnya terpukul.
Momota tidak bisa menerima perubahan dengan tubuhnya dari sebelum ke sesudah musibah yang menimpanya di Negeri Jiran.
"Saya telah mencoba banyak hal tetapi tidak bisa menutup gap emosional dan fisik antara saya yang dulu dengan saya yang sekarang," ucap Momota, mengutip Olympics.com.
"Saya merasa saya tidak bisa menjadi nomor 1 lagi."
"Saya menjalani operasi mata dan memiliki penglihatan ganda. Saya tidak bisa bergerak seperti yang saya mau di lapangan. Saya mengalami kelelahan yang berbeda dari biasanya."
"Saya mencoba tetapi saya merasa sudah tidak mungkin lagi untuk bersaing dengan pemain-pemain terbaik di dunia. Saya tidak bisa bermain bulu tangkis seperti yang saya mau."
Frustrasi yang disebabkan tidak terbayangkan. Momota misalnya, rentetan hasil negatif sampai membuatnya membenci bulu tangkis.
Namun, mencintai bulu tangkis bisa ditunjukkan melalui cara-cara yang lain, tak selalu dengan berkompetisi.
"Saya ingin melihat bulu tangkis lebih disukai dan memasyarakatkan anak-anak muda untuk latihan," kata Marcus yang sudah membangun akademi sendiri.
"Saya memiliki karier yang sangat memuaskan bersama tim nasional. Sekarang saya ingin terlibat dalam membantu semua orang untuk menemukan kesenangan dalam olahraga," ucap Momota.
"Akhir kata, saya, Kevin Sanjaya Sukamuljo pamit. Mohon doanya untuk saya, Valen dan Avery untuk perjalanan kami berikutnya," tutup Kevin yang meminta doa bagi keluarga barunya.
Baca Juga: Mantan Teman Sekamar di Pelatnas, Rian Ardianto Pahami Alasan Kevin Sanjaya Mundur di Usia Muda
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar