BOLASPORT.COM - Pelatih AC Milan, Paulo Fonseca, menyiapkan strategi kamikaze demi mengalahkan Inter Milan di Derby della Madonnina sekaligus menyelamatkan pekerjaannya.
AC Milan akan menghadapi Inter Milan pada pekan ke-5 Liga Italia, Minggu (22/9/2024) di Giuseppe Meazza.
Fonseca terancam dipecat jika sampai kalah lagi dari Inter Milan.
Pasalnya, awalan AC Milan di kompetisi 2024-2025 sudah sangat buruk.
Setan Merah hanya menang sekali dalam 5 laga yang telah dilakoni di semua ajang.
Ditambah lagi rekor Tim Merah-Hitam dalam Derby della Madonnina yang sangat jelek.
Kalau sampai kalah lagi, berarti Fonseca akan membuat AC Milan mengukir sejarah memalukan dengan takluk 7 kali berturut-turut dalam derbi melawan Inter Milan.
Dalam posisi terjepit, Paulo Fonseca ditengarai mengambil langkah nekat.
Dia menyiapkan formasi asing untuk diturunkan melawan Inter Milan.
Formasi ini sangat ofensif yang sejalan dengan niat Fonseca untuk menyerang Inter Milan habis-habisan.
"Bagaimana kami mengalahkan Inter Milan? Dengan mencetak gol lebih banyak dari mereka," tukas Fonseca dalam jumpa pers sebelum laga, Sabtu (21/9/2024).
Biasanya AC Milan menggunakan formasi 4-2-3-1.
Untuk menghadapi Inter Milan, AC Milan diduga akan memakai 4-4-2 dengan Alvaro Morata dan Tammy Abraham mengisi slot 2 penyerang.
Di sayap kanan ada Christian Pulisic dengan Rafael Leao di sebelah kiri.
Youssouf Fofana dan Tijjani Reijnders menjadi 2 gelandang tengah.
Reijnders mungkin akan berperan lebih menyerang sehingga AC Milan praktis bakal memulai pertandingan dengan menurunkan 5 pemain ofensif sekaligus.
Meminjam istilah zaman Perang Dunia II, strategi Paulo Fonseca ini bisa dibilang sebagai percobaan kamikaze alias serangan bunuh diri.
Pada Perang Dunia II, pilot-pilot Jepang menabrakkan pesawatnya sendiri untuk menghasilkan kerusakan lebih besar kepada target daripada jika menembakkan peluru atau menjatuhkan bom.
Formasi 4-4-2 yang disiapkan Fonseca mungkin bisa berjalan jika AC Milan sudah seimbang dalam permainannya.
Celakanya selama ini AC Milan justru memperlihatkan kelemahan dalam fase transisi jika diserang balik oleh lawan.
Dengan menurunkan terlalu banyak pemain ofensif, ditakutkan AC Milan hanya akan melakukan bunuh diri di hadapan Inter Milan.
Jurnalis Sky Sport 24, Stefano De Grandis, menyoroti dilema ini.
"Formasi 4-4-2 ini bisa juga dibilang sebagai 4-2-4," kata De Grandis seperti dikutip dari Tuttomercatoweb.
"Betul Morata bisa menjadi penghubung antarlini tetapi dia tidak akan pernah bisa memainkan peran gelandang."
"Jika Inter Milan menyerang balik, dengan Rafael Leao hanya sedikit berkorban membantu pertahanan dan Pulisic juga dalam fase menyerang, ada risiko AC Milan akan mengalami banyak kesulitan."
"Saya pikir ini adalah formasi yang tidak seimbang."
"Tetapi, saya juga merasa bahwa tes seperti ini adalah keinginan dari pelatih untuk memberikan ruang kepada Abraham yang diharapkan membuat pengaruh besar dalam permainan," pungkasnya.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | Tuttomercatoweb |
Komentar