BOLASPORT.COM - Para pebulu tangkis muda Indonesia diharapkan bisa mengambil pelajaran dari penampilan pada Kejuaraan Dunia Junior 2024.
Tim bulu tangkis muda Indonesia membawa pulang 1 medali emas dan 2 medali perunggu dari Kejuaraan Dunia Junior 2024 di Nanchang International Sports Center, China.
Medali emas didapat dari event beregu campuran yang untuk pertama kalinya mengadopsi sistem poin estafet dengan 10 partai.
Sementara medali perunggu diambil dari event individual melalui Moh Zaki Ubaidillah di tunggal putra dan Isyana Syahira Media/Rinjani Kwinara Nastine di ganda putri.
Zaki Ubaidillah alias Ubed takluk dari Wang Zhi Jun (China) dengan skor tipis 19-21, 20-22 dalam pertandingan babak semifinal, Sabtu (12/10/2024).
Pada hari yang sama Isyana/Rinjani disingkirkan Ririna Hiramoto/Aya Tamakai (Jepang) dengan skor 21-23, 21-19.
Kekalahan Ubed dan Isyana/Rinjani cukup disesali mengingat keduanya menjadi tumpuan dengan peringkat unggulan yang tinggi.
Keduanya juga tampil apik dalam kemenangan regu Indonesia atas China dalam final beregu pada Sabtu (5/10/2024).
Kepala pelatih pelatnas PBSI, Rionny Mainaky, memberikan evaluasinya terhadap Ubed dan Isyana/Rinjani dari laga semifinal individual pada Sabtu (12/10/2024).
"Ubed sedikit lagi bisa memenangkan pertandingan, andai saja dia antisipasinya bisa lebih aktif," kata Rionny dalam keterangan melalui Tim Humas dan Media PBSI.
"Ini pengalaman juga buat dia bagaimana mengatasi tekanan, bukan hanya dari lawan tapi dari seisi arena, penonton yang begitu banyak."
Baik Ubed maupun Isyana/Rinjani merupakan kontestan debutan.
Baru kali ini pemain-pemain jebolan PB Djarum tersebut dipercaya memperkuat Merah Putih di Kejuaraan Dunia Junior.
Rionny melanjutkan, "Isyana/Rinjani dari fokus awalnya harus ditambah. Mereka kehilangan poin dari servis dan terima servis beberapa kali."
"Ini tidak boleh terjadi di laga penting seperti semifinal."
Teruntuk Ubed dan Rinjani, mereka masih bisa tampil lagi pada tahun depan karena tahun depan masih berusia 18 tahun.
Situasi berbeda dialami Mutiara Ayu Puspitasari, tunggal putri yang harus rela menutup kiprah di Kejuaraan Dunia Junior tanpa raihan medali.
Dalam tiga kesempatan tampil, Mutiara, yang kini berusia 18 tahun, selalu terhenti di babak-babak awal meski memiliki modal meyakinkan untuk menjadi juara.
Sebelum Kejuaraan Dunia Junior 2022, pemain asal Ngawi itu menjuarai turnamen level senior yakni Indonesia International Series.
Tahun berikutnya, Mutiara menatap Kejuaraan Dunia Junior sebagai Juara Asia Junior karena prestasi emas di ajang terkait.
Adapun tahun ini, Mutiara menunaikan tugas dengan baik sebagai kapten tim Indonesia yang akhirnya merengkuh emas di event beregu dari Kejuaraan Dunia Junior.
Pelatih tunggal putri, Indra Widjaja, angkat bicara mengenai penampilan anak asuhnya.
"Memang secara penampilan, Mutiara belum konsisten. Ada bagus, ada kurangnya," kata Indra.
"Waktu beregu bermain boleh saya bilang cukup luar biasa tapi saat perorangannya kurang 'megang'."
"Faktor secara non-teknisnya lebih besar pengaruhnya. Secara strategi dan teknis sudah disiapkan tapi karena beban, semua itu jadi tidak keluar," kata Indra.
Indra mencoba untuk membesarkan hati anak asuhnya itu. Dia memberi pesan kepada Mutiara agar menerima apapun hasilnya.
"Ini memang junior terakhir untuk dia tapi bukan yang terakhir untuk ke depannya," ucap kakak Candra Widjaja tersebut.
"Ini batu loncatan yang cukup bagus untuk dia melewati beregu dengan juara sebagai kapten tim, bagaimana bertanggung jawab dengan timnya walau akhirnya di perorangannya kurang bagus."
"Yang terpenting batu loncatan ini bisa membuat dia berbicara banyak di level senior nanti. Pastinya dengan latihan-latihan dan mengamati saingan-saingannya,"
"Sepulang dari sini, kurang dari satu minggu Mutiara akan langsung turun bertanding di Surabaya (Indonesia International Challenge dan Indonesia Masters Super 100)," tutup Indra.
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | PBSI |
Komentar