BOLASPORT.COM - Direktur Teknis Yamaha, Massimo Bartolini, sepakat menganggap bahwa kesulitan Yamaha dalam menganalisis kelemahan motor mereka salah satunya akibat bakat Fabio Quartararo.
Ibarat sakit tapi tak tahu di mana pusat penyakit tersebut, begitulah gambaran situasi Yamaha dalam merasakan kelemahan mereka selama dua musim terakhir di MotoGP.
Yamaha benar-benar sedang mengalami kemunduran yang kasat mata. Performa mereka bukan cuma stagnan, tetapi jauh menurun.
Raksasa MotoGP yang biasanya rajin memperebutkan gelar juara dunia kini kesulitan untuk sekadar konsisten finis di posisi 10 besar.
Selama dua tahun terakhir, posisi Yamaha semakin sulit saat jadi tim sebatang kara karena tidak memiliki tim satelit.
Mereka hanya mengandalkan dua pembalap untuk mengumpulkan data dan informasi dari setiap seri balapan.
Padahal, memperkaya data dengan menurunkan pembalap sebanyak mungkin di lintasan telah terbukti menghadirkan keuntungan dengan Ducati dan 3 tim satelitnya menjadi contoh.
Namun karena keadaan, mau tak mau sekarang tim berlogo garpu tala itu hanya bersandar pada dua pembalap reguler, Fabio Quartararo dan Alex Rins.
Bala bantuan dari tim pengujian pun tidak bisa diandalkan.
Cal Crutchlow selaku test rider mereka lebih sering melewatkan jatah wild card karena bolak-balik mengalami cedera.
Memiliki pembalap terbatas saat situasinya sulit bukan satu-satunya masalah Yamaha.
Satu hal rumit lainnya yang menyelimuti skuad pabrikan Iwata adalah kesulitan menemukan bagian-bagian mana saja yang masih kurang dari M1.
Ketika ditanya apakah bakat besar Fabio Quartararo selaku ujung tombak turut memberi andil, Direktur Teknis Yamaha, Massimo Bartolini, tidak ragu untuk mengakui.
"Memang ada risiko ketika Anda memiliki pembalap berbakat seperti Fabio," kata Bartolini dikutip BolaSport.com dari Sky Sport Italia.
"Dia bisa beradaptasi dengan cepat dan menutupi masalah," tambahnya
Secara garis besar, kecepatan dan tenaga si kuda besi adalah kelemahan klasik dari motor YZR-M1 yang kekuatan utamanya memang terletak dalam kemudahan untuk bermanuver.
Kurangnya grip berulang kali menjadi sorotan rider Yamaha. Performa mereka sangat bergantung dengan seberapa mencengkeram aspalnya.
Namun, Quaratararo berbeda karena dia lebih memilih untuk mendapatkan tenaga ekstra walau tidak menepis adanya kekurangan karena faktor grip.
Upaya Yamaha dalam mengejar gap dalam aspek kecepatan sesuai keinginan Quartararo belum membuahkan hasil karena malah menimbulkan titik-titik lemah lainnya.
Masalah yang dulu dirasakan pembalap veteran Valentino Rossi hingga Andrea Dovizioso akhirnya juga melanda pembalap Yamaha lainnya saat ini yakni Alex Rins.
Yamaha tidak bisa disebut benar-benar salah karena menuruti kemauan Quartararo.
Bagaimanapun, talenta Juara Dunia 2021 itu sudah teruji dalam menyelamatkan wajah Yamaha karena menjadi satu-satunya yang rajin finis di 10 besar dan lolos ke Q2.
Di sisi lain, Bartolini juga menilai bakat Quartararo pula yang justru terkadang memperumit mereka untuk mendiagnosis penyakit mesin M1.
Mantan insinyur tim Ducati itu secara tersirat menginginkan agar Yamaha tidak akan bertumpu pada suara satu pembalap saja. Dia juga butuh feedback dari pembalap lain.
"Kami juga berusaha mendapatkan informasi dari Rins sebanyak-banyak saat dia dalam kondisi normal dan dari cara lain juga," ucap Bartolini.
Selain rencana perekrutan tim satelit yang sudah resmi, beberapa waktu lalu kedatangan lagi sosok yang dianggap fasih dalam pengujian yaitu Dovizioso.
Dovizioso menjadi test rider tamu Yamaha untuk menggantikan Crutchlow yang cedera. Namun, Bartolini tidak menjamin apakah Il Professor akan dipermanenkan.
"Akankah Doviziosi membantu kami? Belum tahu, karena kami baru melakukan dua kali tes bersamanya. Jadi harus dilihat bagaimana kelanjutan kolaborasinya," ucap Bartolini.
"Dia cenderung cukup mampu memahami kebutuhan secara umum dan membantu membangun motor yang memiliki sejarah terbukti mampu bekerja cukup baik untuk semua tipe pembalap."
Demi mengurai kelemahan Yamaha lebih jelas, keberadaan pembalap yang beragam akan membantu mereka untuk menalaah bagian mana saja yang masih kurang.
Yang mana hal tersebut akan segera terlihat pada musim depan.
Pada MotoGP 2025, Yamaha akan kembali memiliki tim satelit dengan Pramac yang diperkuat dua pembalap berpengalaman, Miguel Oliveira dan Jack Miller.
Bartolini sangat berharap pada umpan balik keempat pembalap reguler nantinya, apalagi dengan pengembangan beriringan antara mesin inline 4 dan V4 yang baru.
"Mempunyai pembalap yang heterogen tentu akan membantu," kata Bartolini.
"Selanjutnya, itu tergantung kepada bagaimana kami menyikapinya agar bisa memanfaatkannya dengan baik, dengan karakteristik mereka masing-masing."
"Jika bisa menyatukan semuanya, kami seharusnya bisa melakukannya dengan baik," ujarnya dengan optimistis.
Baca Juga: Bos Dorna Respons Ungkapan Valentino Rossi yang Buka Luka Lama Terhadap Marc Marquez
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | Paddock-GP.com, Sky Sport Italia |
Komentar