BOLASPORT.COM - Pedro Acosta fokus dengan kualitas dirinya sendiri, mengabaikan perseteruan yang tak perlu antarpembalap, seperti yang dilakukan Dani Pedrosa.
Acosta menjadi satu-satunya pembalap rookie di MotoGP 2024 yang langsung mencuri perhatian.
Keberadaannya naik kelas ke kelas premier dinilai tepat.
Walau debut di usia 19 tahun hingga sekarang 20 tahun, juara dunia Moto2 2023 itu sama sekali tidak takut sengan para senior.
Keberanian dan ketenangan Acosta menaklukkan motor KTM RC16 sangat banyak dipuji berulang kali.
Cara dia balapan yang smooth bahkan mampu melakukan manuver sengit kontra nama-nama besar seperti Francesco Bagnaia hingga Marc Marquez di awal musim lalu juga langsung dibicarakan.
Acosta diyakini sebagai calon bintang besar di MotoGP.
Cara dia memberikan feedback kepada para teknisi di KTM juga diacungi jempol oleh skuad pabrikan Mattighofen sendir.
Pasalnya, pembalap berjuluk Si Hiu dari Mazarron itu selalu mampu mendeskripsikan kekurangan dan keluhannya dengan bahasa yang tepat untuk pembalap seusia dia.
Dalam wawancara bersama Speedweek, terkuak fakta unik dari sisi Acosta yang ternyata menjadikan Dani Pedrosa sebagai salah satu role modelnya.
Terutama dalam hal daya kompetitif.
Tidak ada pertemanann dalam balapan, dijadikan motto kerja Acosta dengan cata yang positif.
"Ketika saya mulai menonton balapan, saya merasa bahwa orang-orang yang datang dari luar Eropa tidak datang untuk mencari teman," kata Acosta.
"Mereka datang karena ingin menang di motor, itu saja."
Menurut Acosta, dia tidak ingin terlalu larut dengan persahabatan maupun perseteruan antarpembalap yang dapat mempengaruhi hasil balapan.
Karena bagaimanapun, dia datang untuk kerja sebagai pembalap, digaji untjk tampil bersaing.
Dia pun meyakini bahwa pembalap-pembalap yang datang jauh-jauh dari luar Eropa pun ke sini tidak untuk sebuah pertemanan. Melainkan untuk menang.
"Jika Anda datang ke sini dan suatu hari Anda menang, di lain hari orang lain menang dan Anda tidak marah, maka itu memalukan," kata Acosta.
"Lihatlah Dani Pedrosa ketika dia kalah, saya tidak pernah melihatnya tersenyum di podium kecuali dia menjadi yang pertama."
"Saya pikir itulah inti dari olahraga, kompetisi," tegasnya.
Memasuki fase akhir musim, Acosta juga banyam merefleksikan diri. Dia ingin pandai menata kembali pokiran dan mental balapan yang bisa mempengaruhi hasil.
Dia berkaca dari pengalamann dia yang terlalh berekspektasi. Meski sempat digadang-gadang jadi titisan Marc Marquez, sayangnya kemenangan pertama di musim debutnya belum datang jua.
Acosta mengakui bahwa dia sempat terlalu berharap dengan kemenangan perdanaya di kelas utama dalam salah satu seri.
"Saya akui saya menaruh harapan besar pada Jerez," kata Acosta.
"Karena setelah melihat apa yang dilakukan Brad dan Jack tahun sebelumnya dan penampilan bagus Dani, kami menaruh harapan besar pada Jerez. Pada akhirnya tidak berjalan sesuai harapan kami."
"Tapi ya, kami semakin dekat dengan tujuan. Setiap kali saya mengendarai motor, saya merasa lebih kompetitif."
"Sedikit demi sedikit saya menjadi semakin cepat. Mungkin ini bukan jalan termudah, tapi kita akan mencapai tujuan yang kita inginkan," tandasnya.
Di akhir musim, Acosta juga menjawab tentang upaya mencari sokui dari tren dia yang agak menurun karena sering kecelakaan di saat punya momentum bagus saat balapan.
"Saya akan duduk santai, bernapas dan melanjutkan pengalaman yang saya alami tahun ini. Oke, itu adalah hal-hal yang tidak perlu," papar dia.
"Itu terjadi sebagaimana mestinya dan itu sebenarnya bagus. Misalnya, saya sering terjatuh tahun ini, pada saat-saat yang tidak diperlukan."
"Ya, saya mengalami kecelakaan di Montmelo saat berjuang untuk meraih kemenangan, saya mengalami kecelakaan di Jepang, lalu saya mengalami kecelakaan di banyak balapan di mana saya seharusnya bisa mencetak poin," kata Acosta mengevaluasi diri.
Baca Juga: Disenggol Dani Pedrosa Bisa Mudah Saat MotoGP Barcelona 2024, Francesco Bagnaia Beri Reaksi
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | Speedweek.com |
Komentar