BOLASPORT.COM - Bukti bahwa Honda dahulu terlalu sangat bergantung pada Marc Marquez semakin terungkap setelah pengakuan Manajer Tim satelit LCR, Lucio Cecchinello.
Terpuruknya Honda di MotoGP saat ini ternyata tidak lepas dari sikap mereka sendiri.
Tim pabrikan Asaka, Jepang, tersebut sudah lama dituding banyak pembalap, terutama mantan pembalap, bahwa mereka terlalu Marquez-sentris.
Adanha spekulasi itu muncul sejak banyak rekan Marquez yang merasa feedback mereka tidak berguna.
Yang dipercaya dan diprioritaskan selalu saja Marquez.
Pemandangan itu sebenanrya tidak mengherankan bila mengingat bahwa saat itu Marquez memang menjadi yang terbaik hingga berhasil jadi juara dunia delapan kali.
Namun, tindakan Honda yang terlalu mendewakan satu pembalap inilah yang sekarang justru jadi bumerang.
Bahkan menbuat raksasa MotoGP itu harus terlunta-lunta menghadapi dua musim terakhir.
Semua berawal dari kecelakaan fatal Marquez di Jerez, Spanyol pada 2020 lalu.
Yang menyebabkan pembalap berjuluk Si Semut dari Cervera itu mengalami cedera parah hingga harus bolak-balik operasi sampai empat kali dan absen sangat lama hingga baru comeback pada 2021.
Selama Marquez absen itulah, petaka bagi Honda dimulai. Tim pengembang tidak melakukan pembaruan apapun karena tidak ada yang mereka percaya sebagai referensi.
Tidak pula sang adik Alex Marquez yang saat itu jadi rekan setimnya, maupun para pembalap tim satelit LCR Honda yang cukup veteran seperti Cal Crutchlow dan Takaaki Nakagami.
"Honda bilang menunggu Marc pulih," ungkap Luci Cecchinello selaku manajer tim LCR, dikutip Bolasport dari GPOne.
"Namun seperti yang kita ketahui, ada masalah rumit (pada cedera dia)."
"Selama dia tidak ada, kami (Honda) tidak melakukan apa pun dalam hal pengembangan, sementara tim lain terus bergerak maju," jelasnya.
Benar saja, selama Marquez absen, Honda bak kehilangan arah. Bahkan ketika sang megabintang kembalk mengaspal, mereka tetap belum bisa memaksa sang pembalap untuk melakukan banyak balapan.
Bersamaan dengan itu, Ducati, Yamaha, dan Aprilia terus bergerak.
Meski Yamaha juga jatuhnya ikut tertinggal, tetapi pada 2021 mereka masih mampu jadi Juara Dunia lewat Fabio Quartararo.
Sedangkan Honda yang hilang arah makin tak karuan. Ditambah dengan karakteristik RC213V yang liar menurut sejumh pembalap.
isu adanya masslah teknis yang membuat motor tersebut paling sering membuat penunggangnya jatuh juga terus menggelinding.
Bahkan Marquez pun menyerah dengan tabiat motornya yang dia nilai terasa asing sampai kesulitan menang.
Hingga pada akhirnya dia membuat keputusan besar. Meninggalkan Repsol Honda yang sudah dibelanya sejak 2013, untuk pindah ke Gresini dengan motor Ducati Desmosedici GP.
Di saat Marquez perlahan menemukan kembali jati dirinya bersama Gresini, Honda makin terpuruk.
Cecchinello sendiri berujar bahwa waktu yang akan dibutuhkan Honda untuk memulihkan diri tidak akan bisa cepat.
"Apa yang terlewat dalam satu tahun tidak bisa tergantikan dalam jangka waktu yang sama," ucap Cecchinello.
Baca Juga: Saat MotoGP Gelar Sayembara Pengusik Bagnaia-Marquez, 1 Lawan Cuma Modal Apa Adanya di Awal Musim
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | GPOne.com, Paddock-GP.com |
Komentar