Pada akhir November 2017, dunia bola basket Indonesia sempat diguncang dengan sebuah skandal pengaturan skor (match fixing) yang terjadi pada Indonesian Basketball League (IBL).
Skandal match fixing tersebut terjadi pada IBL musim 2016/17 dan melibatkan sembilan nama (8 pemain dan 1 ofisial).
IBL dan Perbasi pun sudah menjatuhkan hukuman kepada nama-nama yang terlibat dalam kejadian yang mencoreng citra bola basket Indonesia itu.
Pada laga penutup seri pertama IBL 2017-2018 di Semarang, pihak IBL kembali menunjukkan komitmennya untuk memerangi skandal pengaturan skor.
(Baca Juga : Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia Bola Basket 2023)
Komitmen tersebut disampaikan oleh Direktur IBL, Hasan Gozali, sesaat sebelum laga antara Pelita Jaya Jakarta dan Stapac Jakarta, Minggu (10/12/2017).
"Kami (ingin) memastikan semua pertandingan dalam kompetisi IBL berlangsung dengan bersih, jujur, tanpa rekayasa," ujar Hasan dikutip BolaSport.com dari IBL TV.
"Tidak boleh ada lagi match fixing yang menodai kompetisi. Kita awasi bersama dan jangan pernah takut memerangi kecurangan-kecurangan yang terjadi."
Hasan Gozali khawatir jika kejadian memalukan tersebut berlanjut, maka dapat mencoreng nama Indonesia terlebih setelah dipercaya sebagai tuan rumah FIBA World Cup 2023.
"Tidak ada toleransi bagi kejahatan seperti match fixing, sebab satu noda bisa menghancurkan kerja keras yang kita lakukan untuk bola basket Indonesia," kata Hasan.
Usai memberikan pernyataan, Hasan Gozali mengajak kapten Pelita Jaya (Chester J Giles) dan Stapac (Oki Wira) berfoto sembari mengenakan kaus bertulis 'No Match Fixing Fair Play'.
Editor | : | Doddy Wiratama |
Sumber | : | Channel YouTube IBL TV |
Komentar