Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tiga manajer atau pelatih menjadi korban pemecatan hanya dalam sembilan pekan Premier League, kasta pertama Liga Inggris, bergulir.
Terakhir, Ronald Koeman kehilangan pekerjaannya di Everton terhitung per Senin (23/10/2017).
Dia menyusul Craig Shakespeare dan Frank de Boer, yang sudah dipecat sebelumnya.
Apakah jumlah tersebut menjadikan Liga Inggris sebagai kompetisi paling "kejam" buat para juru taktik?
Membandingkan dengan liga-liga besar lain di Eropa, jawabannya mungkin ya.
Tengok saja Serie A, level pertama Liga Italia, dan Divisi Primera La Liga, kasta teratas Liga Spanyol.
Dua kompetisi yang disebutkan terakhir juga sudah melangsungkan sembilan pekan untuk musim 2017-2018.
Dari Spanyol, ada tiga korban, yaitu Luis Zubeldia (Deportivo Alaves), Fran Escriba (Villarreal), dan Manolo Marquez (Las Palmas).
(Baca Juga: Egy Maulana Vikri, Bukti Real Madrid Tak Lagi Benci Pemain Asia)
Artinya, Liga Spanyol dan Liga Italia sama-sama tidak toleran terhadap pelatih.
"Kekejaman" dua kompetisi tersebut mengalahkan Liga Italia, yang cuma menghadirkan pemecatan Massimo Rastelli di Cagliari.
(Baca Juga: Sejak Menang 8-0 atas Persib Bandung, AC Milan Sulit Mencari Pelatih 1.000 Hari)
Cuma, Liga Inggris dan Liga Italia masih kalah dibandingkan Liga 1.
Dalam sembilan pekan atau rentang serupa, kompetisi teratas di Indonesia itu sudah memunculkan empat pergantian pelatih.
Tiga pelatih sudah kehilangan pekerjaan dalam empat pekan pertama, yaitu Hans-Peter Schaller (Bali United), Laurent Hatton (PS TNI), dan Timo Scheunemann (Persiba Balikpapan).
Baru pada pekan kedelapan, Perseru Serui meramaikan gelombang pemecatan dengan mencopot Yusak Sutanto dari jabatan pelatih.
Itu belum mencakup Angel Alfredo Vera yang diceraikan Persipura Jayapura dua hari sebelum Liga 1 bergulir.
Jadi, jangan katakan Liga Italia dan Liga Spanyol sebagai kompetisi paling "kejam".