Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kemenangan Barcelona atas Las Palmas dengan skor 3-0 dalam lanjutan Liga Spanyol di Stadion Camp Nou, Minggu atau Senin (2/10/2017) dini hari WIB, seolah hambar.
Sebab, duka cita sedang begitu tebal di Catalonia.
Ada darah tertumpah, lalu tangisan seolah membuat seluruh wilayah Catalonia mencekam.
Bahkan, laga Barcelona di Camp Nou yang biasanya gegap-gempita, tiba-tiba seperti nyanyian sunyi.
Tak ada penonton, sunyi dan menyayat hati.
Itu karena kekerasan dan kesedihan yang terjadi di Catalonia.
(BACA JUGA: Bermain Tanpa Penonton, Laga Barcelona Vs Las Palmas Diwarnai Seruan Rakyat Catalonia)
Catalonia adalah provinsi di Spanyol dan Barcelona adalah bagiannya.
Sejak lama isu merdeka di Catalonia sering muncul, karena mereka merasa bukan bagian dari Spanyol.
Dan, pada 1 Oktober 2017, mereka menggelar referendum yang ternyata diikuti banyak rakyat, meski dilarang pemerintah Spanyol.
Polisi Spanyol telah bertindak keras dan mencoba menghalangi referendum untuk menghimpun pendapat warga Catalonia apakah mereka menghendaki merdeka dari spanyol atau tidak.
(BACA JUGA: Sinyal Bahaya, Barcelona Terancam Eksodus Manajemen karena Hal Ini!)
Pemilihan umum, Minggu (1/10/2017) itu dianggap pemerintah Spanyol ilegal, sehingga polisi berusaha mencegah warga untuk memilih.
Kotak-kotak suara diambil dan dibuang, sementara warga yang protes langsung dipukul dengan tongkat.
Menurut Walikota Barcelona, Ada Colau, setidaknya ada 460 warganya yang terluka karena kekerasan polisi.
(BACA JUGA: Raih 7 Kemenangan, Barcelona Samai Rekor di Musim Ketika Mereka Gagal Juara)
Di Barcelona, polisi menggunakan peluru karet untuk menghadapi protes pro referendum.
Sebanyak 92 tempat pemilihan ditutup, hingga menimbulkan protes semakin luas.
Dikutip BolaSport.com dari bbc.com, pemimpin Catalonia, Carles Puigdemont mengatakan, "Penggunaan kekerasan oleh pemerintah Spanyol tak akan menghentikan rakyat Catalan."
Salah seorang pemilih dalam referendum, Julia Graell kepada BBC menjelaskan kekerasan polisi itu.
"Polisi mulai menendang rakyat, muda atau tua," tuturnya.
"Hari ini, saya melihat aksi terburuk dari pemerintah kepada rakyatnya sendiri," tambahnya.
GUGATAN DEMOKRASI
Dalam kondisi itu, Barcelona FC memutuskan untuk bermain tanpa penonton saat menjamu Las Palmas.
Ini sebagai bentuk protes karena permintaan klub agar laga ditunda ditolak.
Keputusan diambil Barcelona 25 menit sebelum kick-off, padahal ribuan suporter sudah berada di luar Camp Nou.
La Liga menyatakan, Barcelona Vs Las Palmas bisa dilaksanakan secara normal, karena polisi Catalonia telah menjamin keamanan dan ketertiban.
Barca protes dengan cara memilih bertanding tanpa penonton.
Nuansa pesan politik juga terlihat dalam pertandingan itu.
Papan skor yang biasanya berisi keadaan skor, justru bertuliskan "Democracia" alias demokrasi.
(BACA JUGA: Presiden Barcelona Ungkap Dampak yang Akan Diterima Klubnya Jika Tolak Main Lawan Las Palmas)
Pesan yang jelas menuntut agar demokrasi ditegakkan di Catalonia.
Barcelona meminta penundaan pertandingan karena merasa tak pantas bermain bola dalam keadaan Catalonia sedang bersedih.
"Menurut klub, ini bukan saat yang tepat untuk bermain sepak bola, mengingat keadaan di Catalonia," kata penulis sepak bola Spanyol, Andy West, yang saat itu ada di Camp Nou.
Namun, Liga Spanyol menolak dan mengancam akan menjatuhkan sanksi.
Meski harus bermain dalam kesedihan, Barcelona akhirnya menang mudah 3-0 lewat dua gol Lionel Messi dan satu gol Sergio Basquet.
Namun, laga itu seperti nyanyian sunyi penuh kesedihan, rasa berontak, dan menyayat hati.