Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kesuksesan Pep Guardiola Justru Bikin Bangsa Spanyol Terpecah-belah

By Taufan Bara Mukti - Rabu, 18 April 2018 | 11:25 WIB
Kebahagiaan pelatih Manchester City, Pep Guardiola, seusai menang atas Tottenham Hotspur dalam partai Liga Inggris di Stadion Wembley, Sabtu (14/4/2018) (OLI SCARFF / AFP)

Pelatih Manchester City, Pep Guardiola, menahbiskan diri sebagai pelatih pertama dari Spanyol yang berhasil menjuarai Liga Inggris.

Pep Guardiola menyabet medali juara Liga Inggris 2017-2018 bersama Manchester City.

Setelah melakoni debut tak memuaskan pada musim perdana, Pep Guardiola menyulap Manchester City menjadi tim yang menakutkan musim ini.

Catatan 28 kemenangan, tiga imbang, dan dua kali kalah menjadi bukti kedigdayaan Man City di Liga Inggris musim ini.

Namun, kesuksesan Pep Guardiola bersama Manchester City musim ini justru membuat bangsa Spanyol terpecah belah.

Pep Guardiola musim ini hampir selalu menggunakan pita kuning di dada setiap mendampingi Man City di pinggir lapangan.


Pelatih Manchester City, Pep Guardiola, mengenakan pita kuning di pertandingan melawan Liverpool di Anfield pada 14 Januari 2018. ( OLI SCARFF / AFP )

Pita kuning yang meski berukuran kecil mampu menimbulkan reaksi beragam dari warga Spanyol.

Maklum, pita kuning itu merupakan simbol kemerdekaan Catalunya dari Kerajaan Spanyol.

Guardiola memang terkenal vokal menyuarakan kedaulatan Catalunya, yang merupakan tanah kelahirannya.

"Untuk orang seperti Guardiola yang berani menyuarakan pendapat politik, sama saja seperti mencari musuh," kata Aitor Lagunas, editor majalah Panenka, seperti dilansir BolaSport.com dari Bleacher Report.

(Baca Juga: Pertama Kali Sejak 16 Tahun, Tim Barcelona Nihil Jebolan La Masia_

"Namun itu bukan salah Guardiola jika dia tak populer di kalangan masyarakat Spanyol. Catalunya adalah daerah yang secara historis memiliki masalah dengan Spanyol, khususnya dengan Madrid," ujar Lagunas menambahkan.

Namun, meski tak menyukai keberanian Guardiola dalam menyuarakan pendapatnya, Lagunas menyebut pecinta sepak bola akan tetap mengagumi hasil karya Guardiola.

Tak hanya di kalangan warga Spanyol saja, Guardiola ternyata juga memiliki haters dari Catalunya.

Meski warga Catalunya banyak yang bangga dengan Guardiola karena keberanian dirinya membela tanah air, tapi ada juga yang masih menyimpan dendam kepadanya.

"Ada banyak warga Catalunya yang tidak bisa memaafkan Guardiola karena mengakhiri kerja sama dengan Barcelona," ujar Lagunas lagi.

(Baca Juga: Manchester United Revolusi Besar-besaran, Hanya 7 Pemain yang Bakal Selamat!)

"Terakhir kali dia kembali ke Camp Nou, sebagai pelatih Bayern Muenchen pada 2015, dia tidak mendapat sambutan yang meriah. Di Catalunya, ada banyak orang yang membenci Guardiola," tuturnya.

Guardiola hanya empat musim melatih Barcelona.

Bersama Blaugrana, Guardiola menyumbangkan berbagai gelar, termasuk treble winner pada musim 2008-2009.

Setelah mengakhiri kerja sama dengan Barcelona, Guardiola hengkang ke Bayern Muenchen pada 2013.


Ekspresi Manajer Manchester City, Josep Guardiola, seusai laga Liga Inggris kontra Chelsea di Stadion Etihad, Manchester, pada 4 Maret 2018.(OLI SCARFF/AFP)

Selama tiga tahun di Jerman, Guardiola menunjukkan tangan dinginnya dengan mengantarkan gelar juara Bundesliga tiga musim berturut-turut (2013-2014, 2014-2015, dan 2015-2016).

Selepas itu, Guardiola menangani Manchester City sejak musim 2016-2017 hingga saat ini.

Meski Guardiola memiliki haters di Spanyol, namun prestasinya layak diapresiasi.

Pria 47 tahun itu menjuarai tujuh liga domestik dari total sembilan trofi yang tersedia.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P