Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Timnas Italia Butuh Bantuanmu, The Godfather!

By Taufan Bara Mukti - Selasa, 14 November 2017 | 16:07 WIB
Gianluigi Buffon (kedua dari kiri) memeluk Andrea Barzagli setelah timnas Italia bermain imbang 0-0 dengan Swedia pada partai kedua play-off Kualifikasi Piala Dunia 2018 di Stadion Giuseppe MEazza, Selasa (14/11/2017) dini hari WIB. (MARCO BERTORELLO/AFP)

Pendapat tersebut bukanlah tanpa dasar, Conte kenyang dengan pengalaman berupa tekanan-tekanan yang datang setiap ia menangani tim baru.


Ekspresi pelatih Chelsea, Antonio Conte, dalam partai Liga Inggris lawan Tottenham Hotspur di Wembley Stadium, London, 20 Agustus 2017.(DANIEL LEAL-OLIVAS/AFP)

Ambil contoh ketika Conte memutuskan untuk menangani Juventus pada musim 2011-2012.

(Baca Juga: Jika Gian Piero Ventura Dipecat, 5 Pelatih Top Ini Menjadi Kandidat Nakhoda Timnas Italia)

Beban Conte teramat berat ketika ditunjuk untuk menggantikan Luigi Delneri di awal musim.

Saat pertama diampu Conte, Bianconeri baru saja finis di peringkat ketujuh klasemen sementara Liga Italia.

Di akhir musim pertamanya bersama Juventus, Conte langsung sukses mempersembahkan gelar scudetto.

Tak hanya itu, Conte juga membawa Juventus menjadi runner-up Coppa Italia 2011-2012.

Hingga Conte meletakkan jabatan pada musim 2013-2014, gelar scudetto tak pernah lepas dari genggaman.

Akan tetapi, rapor Conte di Liga Champions tak terlalu mentereng.