Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Para kapten tiga tim calon lawan timnas Peru di Piala Dunia 2018, meminta FIFA mengizinkan kapten sang rival, Paolo Guerrero, untuk bermain di Piala Dunia 2018.
Peru terancam tampil tanpa kapten sekaligus striker andalannya, Paulo Guerrero, di Piala Dunia 2018, usai sang pemain menerima sanksi larangan bermain akibat positif menggunakan zat terlarang, yakni kokaina.
Namun, Peru dan Guerrero mendapat angin segar setelah tiga tim pesaing mereka di fase grup Piala Dunia 2018 memberikan pembelaan terhadap sang pemain.
5 Bintang Brasil yang Gagal Berlaga di Piala Dunia 2018, Salah Satunya Gelandang Anyar Barcelona https://t.co/6EOdLptulW
— BolaSport.com (@BolaSportcom) 15 Mei 2018
Menurut akun Twitter resmi FIFPro (Asosiasi Pesepak Bola Profesional Dunia) yang dicuplik BolaSport.com, Hugo Lloris (kapten Prancis), Simon Kjaer (kapten Denmark), dan Mile Jedinak (kapten Australia) mengajukan surat pembelaan ke FIFA yang berisi dukungan mereka agar Guerrero diperbolehkan bermain di Piala Dunia 2018.
"Kami dengan hormat meminta Dewan FIFA untuk menunjukkan belas kasih," kata Jedinak, Kjaer dan Lloris, seperti dinukil BolaSport.com dari Reuters.
"Dalam pandangan kami hal itu (sanksi) jelas salah untuk melarangnya dia (Guerrero) dari kesempatan (bermain di Piala Dunia) yang seharusnya menjadi puncak kariernya," lanjut surat tersebut.
(Baca Juga: Meski Lolos dari Degradasi, Klub Egy Maulana Vikri Punya Masalah Serius)
Ketiga pemain itu meminta Guerrero diizinkan bermain di turnamen empat tahunan itu dan menjalani sisa hukuman setelah itu.
"Kami sangat percaya interupsi sementara akan menjadi solusi yang adil dan sah," kata mereka.
Ketiga pemain tersebut membela karena ketidaktahuan Guerrero perihal zat terlarang yang ia konsumsi.
Selain itu, dengan usia Guerrero yang sudah mencapai 34 tahun, Piala Dunia 2018 berpeluang besar bakal menjadi turnamen akbar terakhirnya.
Seperti dikutip BolaSport.com dari Sky Sports, Paolo Guerrero dinyatakan positif mengonsumsi benzoylecgonine dan metabolit kokain pada pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2018 melawan Argentina pada 5 Oktober 2017.
Ia kemudian dihukum larangan berlaga selama satu tahun terhitung sejak keputusan itu dibuat pada November lalu.
Setelah proses banding yang dilakukan, hukuman mantan penyerang Bayern Muenchen itu dikurangi setengahnya.
(Baca Juga: Mo Salah Bisa Selamatkan Son Heung-min dari Ancaman Penjara Tanpa Perlu ke Indonesia)
Namun kemudian, Badan Anti-Doping Dunia (WADA) meminta Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) untuk memperpanjang sanksi larangan tampil kepada Paulo Guerrero menjadi 14 bulan atau hingga Januari 2019.
Pihak Guerrero sempat melakukan banding atas hasil tes tersebut karena dirinya mengaku tidak menggunakan zat-zat terlarang.
Pengacara Guerrero juga berpendapat bahwa zat tersebut belum meningkatkan kinerja kliennya saat berlaga di atas lapangan dan terkonsumsi tidak secara sengaja.
#POPULER Laga Final Belum Digelar, Situs UEFA Sudah Umumkan Juara Liga Champions 2017-2018 https://t.co/xXDQl1QiTF
— BolaSport.com (@BolaSportcom) 5 Mei 2018
Usut punya usut, ternyata zat tersebut masuk ke tubuh Guerrero akibat ia meminum teh.
Teh tersebut dikatakan dibuat dalam teko yang sebelumnya digunakan untuk membuat teh Coca.
Teh Coca atau mate de coca adalah minuman khas para penduduk Amerika Selatan khususnya di Peru, Argentina, Bolivia, dan Kolombia.
A lovely cup of coca tea, said to help prevent altitude sickness. Seemed to work for me. #Cusco #Peru pic.twitter.com/xfzbxqUDY6
— Andrea Burns (@Andrea_LuxBARED) 10 Februari 2017
Minuman ini dibuat menggunakan daun Coca, tumbuhan yang menjadi dasar pembuatan obat terlarang, kokaina.
Karena hal inilah kemudian muncul zat-zat yang terlarang oleh Badan Anti-Doping Dunia di dalam tubuh Paulo Guerrero.
Di negara-negara tersebut, mengonsumsi teh Coca adalah perbuatan yang legal dan sudah menjadi kebiasaan masyarakat di sana.
(Baca Juga: Resmi, Asia Tenggara Punya Wakil di Premier League Musim Depan!)
Berbeda dengan misalnya di Amerika Serikat yang melarang pembuatan teh Coca.
Meski Badan Anti-Doping Dunia mengakui bahwa Guerrero tak sengaja mengonsumsi zat-zat terlarang tersebut, mereka tetap teguh pada peraturan untuk memberikan hukuman terhadap sang pemain.
Jika permohonan ini ditolak publik Peru harus siap-siap kecewa karena tidak bisa tampil dengan skuat terbaik, padahal Piala Dunia terakhir kali yang mereka ikuti adalah pada 1982 di Spanyol.
(Baca Juga: Jadwal Lengkap Piala Dunia 2018, Awal dan Akhir di Moskwa)