Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Perjuangan timnas U-22 Indonesia untuk mendapatkan prestasi mentereng kembali pupus usai kalah dari Malaysia di babak semifinal SEA Games 2017, Sabtu (26/8/2017).
Memang bukan kali pertama perjuangan timnas Indonesia untuk mendapatkan prestasi pupus di detik-detik akhir sebuah turnamen.
Kita kerucutkan sejak saja sejak Piala Asia tahun 2007.
(BACA JUGA: Malaysia Vs Indonesia - Tidak Ingin Larut dalam Kesedihan, Inilah yang Dilakukan Skuat Garuda Muda)
Ingat Piala Asia 2007?
Saat itu Indonesia menjadi tuan rumah Piala Asia, berada satu grup dengan tim-tim kuat sekelas Arab Saudi, Korea Selatan, dan Bahrain.
Meskipun berada di grup "neraka", secara mengejutkan timnas Indonesia memberikan perlawanan yang cukup berarti kepada lawan-lawannya.
Dalam turnamen tersebut berhasil Indonesia Menang lawan Bahrain dan hampir bermain imbang melawan tim sekelas Arab Saudi dan Korea Selatan.
Mengalahkan tim sekelas Bahrain mungkin adalah awal dari tingginya harapan dari para pendukung timnas Indonesia untuk melakukan hal yang lebih di laga-laga selanjutnya.
Tapi apa yang terjadi? Perjuangan timnas Indonesia masih belum membuahkan hasil. Mereka gagal lolos dari fase grup meski diluar dugaan mereka berada di peringkat ketiga grup D diatas Bahrain.
Ingat Piala AFF 2010?
Dukungan setinggi langit juga datang untuk para penggawa timnas Indonesia yang saat itu masih diisi oleh Firman Utina, Bambang Pamungkas, dan pemain naturalisasi terbaru saat itu Irfan Haarys Bachdim.
Kali ini diawali dengan mengalahkan musuh bebuyutan Malaysia dengan skor telak 5-1.
Bahkan saat itu tim Garuda melenggang secara mulus ke babak semifinal dengan poin sempurna 9.
Pujian setinggi langit kembali datang untuk para pemain timnas Indonesia terutama untuk pemain yang baru saja di naturalisasi Irfan Bachdim dan Cristian Gonzales yang menjadi aktor utama.
Jersey replika timnas Indonesia seolah-olah menjadi barang primer yang harus dipunya pada waktu itu karena euforia timnas Indonesia.
Hampir semua media setiap hari memberitakan tentang timnas Indonesia tak hanya media olahraga bahkan media yang mengulas tentang gosip artis.
Masuk ke babak semifinal, timnas Indonesia bertemu dengan tim kuat Filipina yang saat itu hampir semua skuatnya diisi oleh pemain naturalisasi.
Pemain naturalisasi Filipina ternyata bukan halangan bagi timnas Indonesia untuk melaju ke final. Indonesia sukses mengalahkan Filipina dengan agregat 2-0 dan berhak melaju ke final melawan Malaysia.
Apa yang terjadi selanjutnya?
Antiklimaks kembali terjadi, performa mengagumkan timnas Indonesia harus terhapus usai kalah di final melawan Malaysia.
Harapan setinggi langit warga Indonesia kembali buyar ketika Shafee Sali, Striker Malaysia saat itu sukses menjadi aktor utama kemenangan Malaysia atas Indonesia.
Ingat SEA Games 2011?
Timnas U-23 Indonesia kembali menjadi sorotan media kala Titus Bonai dkk. secara mulus lolos ke babak final.
Tidak main-main Garuda Muda saat itu berada di grup neraka bersama Malaysia, Thailand, dan Singapura
Bahkan timnas Indonesia sukses mengalahkan musuh bebuyutan mereka Thailand di fase grup dengan skor 3-1.
Apa yang terjadi di Final?
Dewi fortuna kembali tak berpihak, Indonesia kembali harus takluk dari Malaysia lewat drama adu penalti dan gagal merebut medali emas di saat mereka dielu-elukan akan menggenjot prestasi timnas Indonesia.
Ingat Piala AFF U-19 tahun 2013?
Momen ini mungkin bisa diandaikan sebagai sebuah fatamorgana di tengah keringnya prestasi timnas Indonesia.
Pada tahun 2013, timnas U-19 Indonesia sukses menjuarai turnamen Piala AFF U-19 usai mengalahkan Vietnam di laga final.
Evan Dimas, Paulo Sitanggang, Ilhamudin Armayn, serta Hansamu Yama adalah beberapa nama pemain yang dikenal sejak momen itu.
Hingga saat ini, Piala AFF U-19 adalah prestasi tertinggi yang sudah didapat oleh Indonesia di bidang sepak bola.
Setelah Piala AFF U-19, kondisi timnas Indonesia justru semakin memburuk.
Permasalahan soal dualisme liga dan timnas cukup membuat sepak bola nasional terpecah belah.
Bahkan Timnas Indonesia sempat menelan kekalahan sangat telak yakni 10-0 atas Bahrain di kualifikasi Piala Dunia 2014.
Hingga puncaknya, PSSI dibekukan oleh federasi tertinggi sepak bola, FIFA yang membuat timnas Indonesia tidak bisa tampil di laga internasional resmi FIFA.
Piala AFF 2016.
Pasca hukuman FIFA dicabut, Piala AFF 2016 adalah titik balik timnas Indonesia di laga internasional.
Alfred Riedl langsung ditunjuk sebagai pelatih timnas Indonesia untuk bertempur di Piala AFF 2016.
Harapan setinggi langit rakyat Indonesia kembali mencuat kala timnas Indonesia sukses melaju ke final untuk menghadapi Thailand.
Apa yang terjadi?
Lagi-lagi kekecewaan didapat oleh pemain dan pendukung timnas Indonesia yang sudah bersatu sekuat tenaga demi satu nama yakni Indonesia.
Sampai pada akhirnya adalah SEA Games 2017.
Persiapan demi persiapan sudah dilakukan oleh PSSI untuk menggenjot prestasi timnas Indonesia.
Tidak main-main, PSSI bahkan merekrut mantan pelatih timnas U-21 Spanyol, Luis Milla.
Kali ini timnas U-22 Indonesia harus mengakui keunggulan Malaysia di babak semifinal SEA Games 2017, Sabtu (26/8/2017) dengan skor tipis 0-1.
Usai pertandingan tersebut tampak terlihat tangisan, kekecewaan, kesedihan, bahkan kemarahan ditunjukkan oleh para pemain maupun suporter.
Meskipun minim prestasi perjuangan para pemain Indonesia patut kita acungi jempol, karena berkat mereka seluruh rakyat Indonesia bersatu di dalam perbedaan.
Begitu pula dengan para suporter timnas Indonesia, apresiasi patut kita berikan mengingat mereka selalu memberikan dukungan sepenuh hati untuk timnas Indonesia.