Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Urvalsdeid merupakan kasta tertinggi dari Liga Islandia. Kompetisi sepak bola di Negeri Es itu bahkan telah digelar secara konsisten lebih dari 100 tahun terakhir.
Liga Islandia yang digelar langsung oleh Asosiasi Sepak Bola Islandia (KSI) itu sudah bergulir sejak 1912 atau total telah memainkan 103 musim di sepanjang sejarah hingga 2017.
Kompetisi tersebut hanya pernah batal digelar pada 1913 dan 1914 karena hanya Fram Reykjavik (kini Knattspyrnufelagid Fram) yang mendaftarkan diri untuk mengikuti liga.
Pada setiap musimnya, hanya ada 12 klub yang berkompetisi di Urvalsdeid dengan total pertandingan sebanyak 22 laga.
Di sepanjang sejarah, hanya ada 11 klub berbeda yang pernah menjuarai Urvalsdeid, yaitu KR (26 gelar), Valur (21), IA (18), Knattspyrnufelagid Fram (18), FH (8), Vikingur (5), Keflavik (4), IBV (3), KA (1), Breidablik (1), Stjarnan (1).
(Baca Juga: Usai Hijrah ke Luar Negeri, Si Anak Hilang Ini Kembali Bela Timnas Indonesia Lawan Islandia)
Ada beberapa hal ukik di balik gelaran Liga Islandia ini.
Pertama, Liga Islandia adalah kompetisi dengan waktu terpendek di dunia karena hanya berdurasi empat bulan (Mei hingga September) atau musim semi dan panas.
Hal ini disebabkan oleh posisi Islandia sebagai negara mini yang berada di bibir garis lingkar Kutub Utara, iklim di negara tersebut tidak ramah untuk menggelar pertandingan sepak bola di sepanjang tahun, terutama di ruang terbuka.
Artinya dengan jatah libur selama satu bulan dari pihak klub, para pemain di Liga Islandia menjalani masa pramusim selama tujuh bulan yang juga terpanjang di dunia.
Kondisi ini tentu dapat menghambat para pemain, baik di usia belia atau matang, untuk mengasah kemampuan mereka bermain sepak bola akibat cuaca yang ekstrem.
Hal ini membuat pemerintah lokal mengucurkan investasi besar dalam 17 tahun terakhir guna membangun 30 lapangan artifisal standar dalam ruangan (indoor) di seluruh pelosok Islandia.
(Baca Juga: Pelatih Islandia Sambut Hangat Rencana Kehadiran Presiden Jokowi)
Tujuannya tidak lain adalah agar para pemain Islandia bisa tetap mengasah talenta mereka di arena indoor pada musim dingin yang menusuk tulang.
Lebih dari 150 lapangan kecil juga dibangun sebagai sarana penempaan anak-anak usia dini.
Jumlah itu cukup buat mengakomodasi rakyat Islandia yang cuma sekitar 323 ribu-an orang.
Mayoritas anggota skuat timnas Islandia saat ini adalah hasil produk sistem sepak bola indoor tersebut yang lahir antara 1980-an akhir hingga 1990-an.
Hasilnya, sebelum bergelimang prestasi dan pujian di Piala Eropa 2016, mereka juga sudah hampir lolos ke Piala Dunia 2014 jika tidak digagalkan Kroasia di play-off Kualifikasi Zona Eropa.
Skuat Islandia saat ini mayoritas adalah anggota generasi indoor yang sukses lolos ke putaran final Piala Eropa U-21 edisi 2011.
Nama-nama seperti Gylfi Sigurdsson (Everton), Kolbeinn Sigthorsson (FC Nantes), Alfred Finnbogason (Augsburg), serta kapten Aron Gunnarsson (Cardiff City) kini menjadi pilar tim senior.
(Baca Juga: Pelatih Islandia Nilai Rumput SUGBK Aneh)
Keunikan berikutnya dari Liga Islandia ini adalah sebagian besar para pemain yang berlaga di sana berstatus semi-profesional.
Mereka tidak menjadikan sepak bola sebagai satu-satunya sumber penghasilan dengan melakukan pekerjaan lain, terutama saat kompetisi tidak bergulir sekitar 8 bulan.
Sambil melakukan pekerjaan lain secara paruh waktu, pemain Islandia terpacu untuk sukses di bidang sepak bola dengan mencari peluang merantau ke negeri orang.
Bahkan pelatih mereka, Heimir Hallgrimsson, sempat menyatakan bahwa pelatih sepak bola di Islandia hanya sekadar pekerjaan sampingan.
Hal ini juga yang membuat pelatih berusia 50 tahun itu masih sempat menjalankan praktek sebagai dokter gigi di sela-sela libur kompetisi.
Sementara itu kiper utama Islandia, Hannes Halldorsson, juga memiliki pekerjaan lain menjadi sutradara film.
Jadi, untuk berpendapat bahwa keberhasilan Islandia lolos ke Piala Dunia 2018 merupakan sebuah kejutan besar masih bisa dibenarkan.
Namun, berkat keseriusan dari KSI, pemain, pelatih, dan pemerintah untuk meminimalisir kekurangan yang ada dan meningkatkan kualitas para pemainnya juga memberi andil besar pada keberhasilan mereka tampil di turnamen sepak bola antarnegara terakbar di dunia itu.