Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Soeratin memang sempat meramalkan bahwa PSSI tidak pernah lepas dari persoalan, karena setiap kepengurusan pasti mempunyai pandangannya masing-masing.
Soeratin tidak pernah meminta kekayaan meski harus mati dalam kemiskinan.
Tak pernah pula, Soeratin memproklamasikan diri sebagai pahlawan.
Ia hanya ingin memperjuangkan semangat puluhan juta pemuda Nusantara demi meraih kewibawaan dan harga diri Indonesia.
Ia ingin memberi dan mengalirkan gagasan agar makna sesungguhnya dalam sepak bola dapat jadi warisan emas bagi anak cucu bangsa.
Sang pahlawan kini hidup tenang oleh kedamaian.
Kesederhanaan dan jiwa nasionalismenya itu sepertinya sudah cukup mewarisi kekalnya kisah indah sepak bola yang melahirkan kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia.
Terima kasih Ir Soeratin. Semoga kebesaran PSSI bisa menyadarkan sejumlah pengurus yang hanya mementingkan citra dan jabatan semata.
Satu hal pasti bahwa namamu akan tetap harum dalam makam yang kaya akan sejarah emas sepak bola Indonesia.
Engkau memang sudah tiada.
Tetapi, karyamu tetap menjadi inspirasi dan semangat untuk mengangkat kebesaran bangsa lewat sepak bola.
*Tulisan ini pernah dimuat di Kompas.com, 21 April 2012