Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Persija Jakarta dan Bali United Bisa Belajar dari Mastrans Bandung Raya

By Jalu Wisnu Wirajati - Senin, 12 Februari 2018 | 20:11 WIB
Pemain PSMS Medan, Frest Butuan, berduel dengan kapten Persija, Ismed Sofyan, pada laga semifinal I Piala Presiden 2018 di Stadion Manahan, Solo, Sabtu (10/2/2018). (GONANG SUSATYO/BOLASPORT.COM)

Jeda satu hari antara pertandingan Piala Presiden 2018 dihadapi oleh Persija Jakarta dan Bali United. Namun, situasi serupa pernah dihadapi oleh Mastrans Bandung Raya, dua dekade lalu.

Persija Jakarta baru saja menyelesaikan pertandingan semifinal kedua Piala Presiden 2018 menghadapi PSMS Medan, Senin (12/2/2018) sore.

Tim berjulukan Macan Kemayoran itu menang 1-0 atas PSMS Medan pada laga di Stadion Manahan, Solo, itu sehingga lolos dengan agregat 5-1.

Marko Simic dkk tak punya waktu berlama-lama untuk merayakan keberhasilan lolos ke final Piala Presiden 2018.

Hanya dua jam selepas pertandingan versus PSMS, mereka harus sudah berada di bandara Adi Sucipto untuk terbang ke Jakarta lalu melanjutkan perjalanan Singapura.

Tengok, Perjalanan Persija Menuju Final Piala Presiden 2018

Selasa (13/2/2018) mereka harus sudah berada di Johor dalam persiapan menghadapi pertandingan pertama fase grup Piala AFC 2018 kontra Johor Darul Takzim, Rabu (14/2/2018).

Apabila Persija punya waktu sehari untuk beristrahat jelang laga Piala AFC, lain halnya dengan Bali United.

Pasukan besutan Widodo C Putro itu tak punya waktu istirahat satu hari pun seusai laga semifinal kedua Piala Presiden 2018 kontra Sriwijata FC, Selasa malam.

Seperti halnya Persija, Bali United harus bermain di Piala AFC dengan menghadapi klub asal Myanmar, Yangon, di Stadion I Wayan Dipta, Rabu malam.


Pemain Sriwijaya FC, Manuchekhr Dzhalilov (tengah), berusaha melewati hadangan pemain Bali United pada laga leg pertama semifinal piala Presiden di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang, Minggu (11/2/2018).(NOVERTA SALYADI/BOLASPORT.COM)

Tanpa ada jeda hari dalam menghadapi pertandingan internasional itu memang tak lazim, apalagi tim yang melakoni laga tandang seperti Persija.

”Kami tahu pertandingan Piala AFC tanggal 14, sesuai peraturan FIFA, kami harus ada di Johor H-2 pertandingan,” kata Stefano Cugurra kepada BolaSport, Jumat (9/2/2018).

Kendati demikian, situasi seperti itu bukanlah hal baru, khususnya di sepak bola Indonesia.

Dua dekade lampau, tepatnya 22 tahun lalu, situasi yang sama pernah dihadapi oleh Mastrans Bandung Raya.

(Baca juga: Eksklusif Andik Vermansah - Pengakuan soal Persija, Persib, Azrul Ananda, dan Uang 750 Juta)

Kagok Edan, Juara Sakalian! 

Sebagai jawara penyisihan grup Wilayah Barat Liga Indonesia II, Peri Sandria dkk ditunjuk PSSI sebagai wakil di Piala Winners Asia - yang kini berubah menjadi Piala AFC.

Bayangkan saja, laga Piala AFC itu berlangsung saat MBR tengah melakukan persiapan melakoni pertandingan babak 12 besar LI II yang berlangsung dengan sistem home tournament.

Akibatnya, MBR menjalani periode padat pada September 1996.

Tengok jadwal MBR pada September dan Oktober 1996 berikut ini:

  • 07/09 Pahang 0-1 MBR (Piala Winners)
  • 14/09 MBR 4-1 Pahang (Piala Winners)
  • 21/09 MBR 1-1 South China (Piala Winners)
  • 24/09 MBR 5-1 Persisam (12 besar)
  • 26/09 Persikab 0-3 MBR (12 besar)
  • 28/09 MBR 1-0 Pupuk Kaltim (12 besar)
  • 29/09 South China 0-4 MBR (Piala Winners)
  • 04/10 MBR 0-0 Mitra Surabaya (Semifinal)
  • 06/10 PSM 0-2 MBR (Final)

Pasukan Henk Wullems saat itu bermain dalam 5 pertandingan hanya dalam tempo 9 hari!

Paling edan adalah jadwal antara laga terakhir babak 12 besar dan partai kedua versus South China.

Sabtu (28/9/1996), MBR masih menjalani pertandingan 12 besar pamungkas di Stadion Siliwangi, Bandung.

Minggu (29/9/1996), mereka sudah harus melakoni pertandingan di Hong Kong menghadapi South China!

"Kagok edan, juara sakalian," menjadi slogan MBR ketika menghadapi periode pada tersebut.

Frasa tersebut apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi, "tanggung gila, mending sekalian jadi juara."

"Paling-paling karier saya di sepak bola tinggal beberapa tahun lagi, lalu habis," kata Peri Sandria ketika itu kepada Harian KOMPAS.


Para pemain Mastrans Bandung Raya merayakan keberhasilan mengalahkan PSM Makassar pada final Liga II di Senayan, 6 Oktober 1996. (JULIAN SIHOMBING/KOMPAS.COM)

"Saya ingin menorehkan tinta emas di pengujung karier ini, dan sekarang lah kesempatan terbaik," tekad Peri.

"Keedanan" MBR menjalani musim Liga Indonesia II pada 1996 itu pun berakhir manis.

Mastrans Bandung Raya menjadi kampiun dengan mengalahkan PSM Makassar di Senayan dan Dejan Gluscevic menjadi top scorer kompetisi.

Akankah kegilaan serupa dilakukan Persija atau Bali United pada Piala Presiden 2018 ini?

Simak, Klub asal Myanmar Bakal Memperberat Langkah Bali United di Piala AFC 2018

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P