Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Striker Asing Mendominasi Liga Indonesia, Ini Pandangan Kurniawan Dwi Yulianto

By Selasa, 6 Maret 2018 | 12:56 WIB
Striker legendaris Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto. (KUKUH WAHYUDI/BOLASPORT.COM)

tim Liga 2 mengalami kesulitan mendapatkan striker lokal yang berkualitas.

Sementara itu, pemain depan yang bermain di kasta tertinggi pun tak semuanya mendapatkan tempat di tim utama.

Peran mereka sudah digantikan striker asing.

Serbuan penyerang mancanegara yang memiliki kualitas di atas pemain lokal dan keunggulan postur tubuh menjadikan mereka lebih diandalkan klub untuk membobol gawang lawan.

Setelah era Kurniawan Dwi Yulianto yang kemudian dilanjutkan Bambang Pamungkas dan Boaz Solossa, belum ada lagi muncul pemain depan yang memiliki teknik dan kemampuan menempatkan posisi maupun menjadi penyelesai atau finisher.

(Baca Juga: Ini yang Dilakukan Suporter Cantik Persib Bandung untuk Tetap Kompak)

“Persoalannya memang kompleks bila minim sekali striker lokal yang muncul. Apalagi, taktik sepak bola era modern lebih banyak menggunakan satu striker," kata Kurniawan Dwi Yulianto kepada BolaSport.com.

"Dia tidak sekadar menjadi penyelesai, tapi juga punya kemampuan menahan bola. Pemain yang menempati posisi itu harus punya kemampuan komplet,” lanjutnya.


Striker Persija Jakarta, Kurniawan Dwi Julianto, saat melawan Arema dalam laga Liga Indonesia.(DOK. BOLA/ARIEF BAGUS)

“Persoalannya, pemain kita tidak diajari untuk menjadi target man sejak di sekolah sepak bola (SSB) maupun akademi. Kita tidak kekurangan pemain dengan tipikal pelari,” ucap striker legendaris Indonesia ini.

"Namun, jarang ada pemain yang mampu menahan bola, pemain yang bisa menjadi target man," lanjutnya.

Sosok yang akrab dipanggil Kurus saat masih menjadi pemain ini menilai minimnya kesempatan bermain striker lokal membuat mereka jadi mengalami kesulitan mengembangkan kemampuannya.

(Baca Juga: Ada Pemain Liga Inggris Berdarah Indonesia di Skuat Timnas Australia untuk Piala Dunia 2018)

“Mereka sesungguhnya mendapatkan kesempatan bermain di kompetisi junior, mulai U-15, U17 sampai U-19. Tetapi, saat memasuki jenjang senior, mereka harus bersaing dengan striker asing."

"Pemain asing yang menjadi pilihan, kesempatan bermain striker lokal pun menjadi minim. Padahal, mereka butuh jam terbang untuk mengembangkan diri,” kata penyerang yang menduduki peringkat dua setelah Bambang Pamungkas sebagai pencetak gol terbanyak dalam sejarah timnas Indonesia itu.

(Baca Juga: Murid Valentino Rossi Mendapat Wejangan Gila dari Marc Marquez)

Situasi itu dialami striker Muchlis Hadi Ning, yang melejit di timnas U-19 Indonesia saat memenangi Piala AFF U-19 2013.

Sayang, dia kemudian tenggelam karena jarang dimainkan di kompetisi liga.


Pemain Timnas U-19, Muchlis Hadi Ning.(GONANG SUSATYO/BOLASPORT.COM)

“Dia punya bakat alamiah dan pemain komplet. Muchlis punya kemampuan menahan bola yang bagus, unggul dalam kecepatan dan nalurinya dengan bola bagus."

"Hanya, dia jarang mendapatkan kesempatan bermain. Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah para stakeholders sepak bola nasional untuk memikirkan bagaimana bisa menghasilkan pemain berkualitas,” ujar Kurniawan lagi.

(Baca Juga: Alih-alih Zarco dan Rossi, Marc Marquez Sebut Pebalap Ini yang Lebih Kuat)

Selain Muchlis Hadi Ning, masih ada Lerby Leandry yang bermain di Borneo FC. Apalagi, dia ditopang postur tubuh yang tidak kalah besar.

“Tapi, dia harus bekerja ekstrakeras untuk bisa bersaing dengan striker asing. Sejauh ini saya memperkirakan pada musim ini para pencetak gol terbanyak masih didominasi pemain asing yang memang punya kualitas. Hal ini membuat saya sedih,” tutur jebolan Primavera ini.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P