Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Salah seorang suporter setia Persis Solo, Joko Riyanto meninggal dunia lantaran mengalami pengeroyokan ketika mendukung timnya melawan Martapura FC pada babak delapan besar Divisi Utama Liga Indonesia 2014.
Tepat pada 22 Oktober empat tahun lalu, kerusuhan suporter terjadi pada laga Divisi Utama 2014 antara Persis Solo versus Martapura FC di Stadion Manahan, Solo.
Sampai akhirnya seorang suporter setia Persis Solo, Joko Riyanto menjadi korban meninggal dalam kerusuhan di laga tersebut.
Sempat muncul dugaan bahwa pria asal Boyolali itu tewas tertembak karena ditemukan bekas luka tembakan di dada.
(Baca Juga: Timnas U-19 Indonesia Miliki 3 Keuntungan Saat Jumpa UEA di Laga Penentuan)
Liga 1 Indonesia Masuk 3 Besar Nominasi Kompetisi Berkembang di Asia https://t.co/XBR6HMuSRn
— BolaSport.com (@BolaSportcom) October 22, 2018
Namun, pihak kepolisian menegaskan bahwa Joko Riyanto mengalami dikeroyok oleh suporter lain hingga tewas lantaran salah paham.
"Korban yang tewas itu dikira intel yang sedang melakukan tugas penyamaran," ungkap Kapolres Solo kala itu, Kombes Pol. Iriansyah.
Pertandingan antara Persis kontra Martapura kala itu berakhir dengan skor imbang 1-1.
Para pendukung Laskar Sambernyawa merasa tak terima dengan kepemimpinan wasit kala itu.
Akibatnya, oknum suporter Persis melakukan pelemparan ke tengah lapangan, bahkan terdapat beberapa oknum yang berusaha masuk ke arena pertandingan.
Alhasil, terjadilah bentrok antara suporter dengan aparat kepolisian yang menyebabkan Joko Riyanto tewas.
Walikota Surakarta kala itu, FX Hadi Rudyatmo lantas memberikan begitu banyak pesan kepada PSSI serta para suporter sepak bola terutama pecinta Persis Solo.
"PSSI harus mengevaluasi wasit utama yang ditugaskan untuk memimpin jalannya pertandingan yang sering menimbulkan masalah di lapangan," tutur Rudy pada Kamis (23/10/2018).
(Baca Juga: Kalah Dramatis, Timnas U-19 Indonesia Unggul Telak dalam 3 Hal)
Rudy pun mengaku kecewa ketika harus ada korban meninggal dunia akibat kerusuhan sepak bola.
"Saya sangat menyayangkan dalam pertandingan Persis melawan Martapura FC kemarin (22/10/2014) yang berakhir 1-1 sampai terjadi kerusuhan dan ada seorang suporter bernama Joko Riyanto (35), warga Ngalian, Pelem, Simo, Boyolali, meninggal," kata Rudy dikutip BolaSport.com dari Kompas.com.
Rudy lantas berpesan kepada para suporter yang tergabung dalam wadah Pasoepati untuk melakukan pembenahan dan penataan kepada seluruh anggotanya dan berpikir secara dewasa.
"Jangan melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji seperti tersebut, nanti yang rugi juga kita sendiri," katanya menambahkan.
"Apa pun yang dilakukan wasit dalam memimpin pertandingan itu harus diterima, dan seandainya tidak puas ada jalannya sendiri, tidak terus merusak dan membabi buta membakar sepeda motor petugas keamanan dan melempari batu ke mobil yang diparkir di stadion," ujar Rudy menutup pembicaraan.
Namun sayang, kasus kematian suporter pun kembali terulang saat pertandingan Liga 1 2018 antara Persib Bandung menjamu Persija Jakarta di Stadion Gelora Bandung Lautan Api pada 23 September 2018.
Haringga Sirla yang merupakan salah satu anggota The Jak Mania tewas setelah dikeroyok oleh beberapa oknum suporter.
Duka pun turut dirasakan oleh seluruh elemen sepak bola Indonesia hingga akhirnya kompetisi sempat dihentikan selama kurang lebih dua minggu.
(Baca Juga: Persib Vs Persebaya - Kalah Telak, Maung Bandung Gagal Kembali ke Puncak)