Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Bek kiri Augsburg, Philipp Max, dikabarkan menjadi incaran banyak klub top Eropa karena kemampuan menyerangnya yang di atas rata-rata.
Kembali ke April 2014, surat kabar Jerman, Bild, melakukan wawancara kepada dua pemain muda Schalke 04 dengan tajuk utama "Generasi Anak".
Mereka mewawancarai Leroy Sane, anak Souleyman Sane, salah satu pesepak bola pertama Afrika di Jerman dan juga Philipp Max, anak Martin Max, top scorer Liga Jerman pada 2000 dan 2002.
Perkembangan Sane luar biasa bersama Schalke, yang kemudian membawanya kini menjadi salah satu bintang besar bersama Manchester City di Inggris.
Di lain pihak, perkembangan Max lebih tak terlihat di permukaan.
Meski begitu, bek 24 tahun itu bisa saja bergabung lagi dengan Sane Januari nanti karena Man City mengincar sang pemain.
Namun, Man City terlebih dahulu harus mengalahkan Manchester United, Chelsea, dan Liverpool yang juga menginginkan Max.
(Baca juga: Dari Persebaran Gol, Juventus adalah Tim Paling Kolektif di Liga Italia)
Max sangat diinginkan klub-klub besar karena ia salah satu pencetak assist terbanyak di liga top Eropa saat ini.
Ia mengalahkan catatan Kevin De Bruyne, David Silva, dan Neymar meski hanya bermain bagi klub semenjana Liga Jerman.
Max memberi 10 assist dari 27 gol yang dicetak Augsburg musim ini.
Tak hanya itu, ia mencetak 10 assist itu di 10 laga yang berbeda.
Catatan ini terbilang apik mengingat ia hanya mencetak tiga assist dalam dua musim sebelumnya.
Rahasia penampilan Max adalah hubungannya dengan pelatih Manuel Baum, nahkoda Augsburg saat ini.
Percaya atau tidak, Baum adalah guru Max ketika SMA di luar kota Muenchen.
Ia kemudian menghabiskan waktu di akademi Bayern Muenchen sebelum keluarganya kembali ke Gelsenkirchen dan Max begabung dengan Schalke.
Di tim muda Schalke ia sempat menjadi pemain sayap yang mencetak banyak gol sebelum kemudian beralih menjadi bek pada 2012.
Setelah menjalani debut bagi Schalke pada 2014, ia memutuskan untuk pergi agar mendapat menit bermain dan berkembang.
Semusim bermain di kasta kedua bersama Karlsruher, ia dibeli Augsburg pada 2015 lalu.
Ia tampil tak meyakinkan di bawah asuhan pelatih Markus Weinzierl dan Dirk Schuster, namun tetap dipanggil ke skuat Olimpiade Jerman.
Kedatangan Baum pada Desember 2016 yang benar-benar membuat Max cemerlang.
Kini ia menjadi salah satu bek kiri paling mentereng di Jerman.
(Baca juga: Tim Terbaik Paruh Musim Liga Prancis 2017-2018 - PSG Sumbang 5 Nama)
Martin Max, sang ayah, hanya pernah membela timnas Jerman sekali, bermain enam menit pada sebuah partai persahabatan.
Kini sang anak punya peluang lebih besar untuk menjadi bintang Der Panzer.
Untuk posisi bek kiri, timnas Jerman tak memiliki bintang besar dan Max bisa menjadi solusi bagi Joachim Loew yang dikabarkan tertarik memanggil Max.
Sang anak juga bisa melakukan sesuatu yang tak pernah dilakukan sang ayah, bermain di luar Jerman.
Kini Max tinggal memilih di mana ia akan bermain selanjutnya yang akan membuat kebintangannya bersinar seterang Leroy Sane.
Hal ini akan ia lakukan sambil berusaha memecahkan rekor assist terbanyak dalam semusim di Liga Jerman yang saat ini dipegang Emil Forsberg dengan 22 assist sepanjang 2016-2017.