Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - "Sangat hebat makanya mereka memberi namanya dua kali," begitulah kalimat pujian komentator pertandingan pada Jay-Jay Okocha saat ia memperkuat klub Inggris, Bolton Wanderers.
Legenda timnas Nigeria, Jay-Jay Okocha, saat masih aktif sebagai pesepak bola terkenal sebagai pemain yang jago menggiring bola, tembakannya yang keras, dan sering menyajikan aksi melewati lawan dengan trik liciknya.
Mungkin fan sepak bola "zaman now" tidak banyak yang ingat, atau bahkan tidak tahu kiprah mentor dari Ronaldinho saat memperkuat Paris Saint-Germain (PSG) tersebut karena tidak banyak gelar prestisius yang didapatkannya.
Jay Jay Okocha was Ronaldinho's mentor at PSG. Dinho didn't wear the no. 10 jersey in the 2003 NIgeria - Brazil match to honour JJ. pic.twitter.com/OVzZ9LK1XU
— Africa Facts Zone (@AfricaFactsZone) 22 Januari 2017
Okocha tidak pernah meraih Ballon d'Or, menjadi pemain Afrika terbaik, apalagi menjuarai liga dengan klub besar.
Memang ia pernah memperkuat klub raksasa seperti Fenerbahce dan PSG, tetapi Okocha hanya sanggup mengangkat trofi kompetisi minor di klub Turki dan Prancis itu.
Mungkin satu-satunya yang mudah diingat adalah predikat ia sebagai salah satu penggawa generasi emas Nigeria.
Bersama pemain Nigeria lain yang kelak menjadi bintang sepak bola seperti Nwankwo Kanu, Taribo West, Sunday Oliseh, dan Celestine Babayaro, Okocha pernah meraih medali emas di Olimpiade 1996 yang diselenggarakan di Amerika Serikat.
A REMINDER:
Nigeria beat Argentina 3-2 to win the 1996 Olympic Games Football Gold medal. Babayaro, Amokachi and Amunike scoring the goals. pic.twitter.com/rFphEwaq4t
— Football Remind (@footballremind) 12 Februari 2017
Di final cabang olahraga sepak bola U-23 dalam pesta olahraga antar negara itu, Okocha dkk menang 3-2 atas Argentina yang diperkuat Diego Simeone, Javier Zanetti, dan Hernan Crespo.
Meski tak banyak gelar yang ia dapat, nama Okocha tetap abadi di benak para legenda sepak bola, salah satunya Oliver Kahn.
Eks kiper kapten dan kiper timnas Jerman dan Bayern Muenchen mengaku pernah dibuat pusing oleh kejeniusan olah bola Okocha.
Kejadiannya pada 31 Agustus 1993, Okocha yang memperkuat klub Jerman Eintracht Frankfurt kedatangan tamu Karlsruher SC di pekan kelima Bundesliga.
Eintracht yang sudah unggul 2-1 mendapatkan peluang emas mencetak gol kembali lewat serangan balik di pengujung laga.
Serangan sampai di area pertahanan, Okocha yang mendapatkan bola dari rekan setimnya mendapat hadangan dari kiper lawan, Oliver Kahn.
Tidak langsung menembakkan bola, Okocha terlebih dahulu memperdayai Kahn beberapa kali.
(Baca Juga: Sejarah Hari Ini, Tekel Brutal Lawan Buat Paha Ewald Lienen Sobek)
Kahn bahkan sampai terpleset karena terus-terusan terpaku mengikuti Okocha yang sedang menggiring bola dan melakukan gerakan tipuan.
Setelah Kahn terjatuh, tiga pemain Karlsruher lain sementara itu juga berusaha membuat pagar agar bola sepakan Okocha tak masuk ke dalam gawang.
Dengan dua-tiga goyangan Okocha pun berhenti dan masih melakukan gerakan tipuan sampai akhirnya menembakkan bola dengan kaki kirinya.
Bola pun masuk ke gawang Karlsruher dan tidak bisa diantisipasi Kahn.
Kahn yang saat itu berstatus kiper muda timnas Jerman hanya bisa tergeletak di tanah karena gol ketiga bersarang di gawangnya.
Gol tersebut terpilih sebagai gol terbaik musim 1993-1994 oleh beberapa majalah terbitan Jerman.
Tayangan olaharga di stasiun TV Jerman ARD, Sporschau, juga menobatkan gol Okocha ke gawang Kahn sebagai gol terbaik di tahun itu.
Di era milenium, Kahn rupanya masih mengingat kenangan buruk saat berhadapan dengan Okocha.
Exakt 23 Jahre ist das sensationelle Tor von Jay-Jay Okocha heute her - und mir ist immer noch schwindelig...
— Oliver Kahn (@OliverKahn) 31 Agustus 2016
"Tepat 23 tahun lalu gol sensasional tercipta dari Jay-Jay Okocha - saya masih pusing," cuit Kahn di akun Twitter-nya pada 2016.
Di Frankfurt, Okocha total mengoleksi 16 gol dari 90 laga di kancah Liga Jerman.
Pada 1996 ia memutuskan hengkang ke klub Turki Fenerbahce dan menjadi ikon klub kota Istanbul.
Memperkuat The Yellow Canaries selama dua musim, Okocha mendapat hadiah spesial dengan dianugerahi sebagai warga negara Turki dengan nama Muhammet Yavuz.
Petualangan barunya berlanjut bersama Paris Saint-Germain pada 1998.
Pindah dengan tebusan 14 juta poundsterling membuat Okocha bergelar sebagai pemain Afrika termahal pada saat itu.
Okocha mencetak 84 penampilan dan 12 gol selama empat musim untuk PSG.
Selain menjadi playmaker andalan, ia juga bertugas mengasah bakat wonderkid Brasil, Ronaldinho.
Setelah memperkuat Nigeria pada Piala Dunia 2002, Okocha menjajal kerasnya Premier League atau Liga Inggris kasta utama bersama Bolton Wanderers.
Okocha tampil bahu-membahu dengan veteran sepak bola seperti Fernando Hierro, Gary Speed, Youri Djorkaeff, dan Ivan Campo.
Penampilannya cukup impresif, sehingga Bolton kerap kali menjadi kuda hitam bagi klub besar Liga Inggris.
Sayangnya di Bolton ia tidak meraih gelar apapun selain runner-up Piala Liga Inggris pada 2004.
Pada musim 2006-2007 ia hengkang ke klub Qatar, Qatar SC, dan di musim berikutnya kembali ke memperkuat klub Inggris, Hull City.
Setelah membantu Hull promosi ke Premier League, paman dari winger Arsenal Alex Iwobi itu kemudian memutuskan pensiun pada 2008.
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on