Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Plt Ketua Umum PSSI, Joko Driyono, akhirnya mengakui bahwa ia memang memiliki sebuah saham di Persija Jakarta.
Pria yang akrab disapa Jokdri itu dikabarkan menguasai 95 persen saham PT Jakarta Indonesia Hebat (JIH).
Perlu diketahui bersama, PT JIH merupakan pemegang saham terbesar di PT Persija Jaya Jakarta sebesar 80 persen.
Tak hanya Jokdri, terdapat Kokoh Alfiat dan Tigorshalom Boboy yang juga pemilik saham di PT JIH.
Jokdri mengakui kabar yang beredar di media dan sosial media itu adalah benar dalam konteks data legal.
Pria asal Ngawi, Jawa Timur, itu tidak bisa menghidari spekulasi yang datang kepadanya.
Jokdri sudah mengamati Persija sejak lama.
Ia menyayangkan pengelolaan Macan Kemayoran tidak dimaksimalkan dengan baik dan lahirnya berita-berita tunggakan utang gaji ke pemain.
"Menjelang kompetisi 2017, saya secara pribadi, mengamati Persija, dalam kapasitas PSSI. Kami ingin Persija ini bisa keluar dari kesulitan 3-5 tahun belakangan, sekaligus bertransformasi menjadi klub profesional yang kita harapkan semua," ucap Jokdri.
Pemain Bali United Ada yang Jadi Korban Kejahatan Cyber, Ilija Spasojevic Bertindak https://t.co/Ot6U384ta8
— BolaSport.com (@BolaSportcom) March 9, 2018
Jokdri menambahkan terkait PT JIH itu benar, akan tetapi peran perusahaan tersebut hanya untuk membantu, menjamin, dan mengantarkan Persija melakukan proses transformasi.
Ia mengatakan tentang dua hal, yang pertama itu restrukturisasi kepemilikan.
"Misinya adalah kepemilikan tunggal menjadi kepemilikan kolektif di sebuah klub. Proses ini butuh 2-5 tahun. Kami lakukan dan memastikan Persija jangan sampai berpindah dari orang ke orang lagi, yang punya potensi merugikan klub," ucap Jokdri.
"Jadi sekali lagi, peran transformasi ini, setelah melihat fenomena Persija, melihat potensi besar tadi, pada beberapa tahun sebelumnya, mau dijual ke seseorang atau kelompok," ucap pria berkacamata tersebut.
Jokdri menambahkan, secara pribadi dalam konteks PSSI ini bukan hal yang pertama membantu sebuah klub agar bisa bangkit.
Ia mengatakan ada beberapa klub yang hampir seperti Persija, yakni Persis Solo, Persiba Balikpapan, dan Arema FC.
"Persis Solo waktu dualisme kami antarkan. Persiba Balikpapan dalam kondisi kesulitan kami antarkan. Arema Indonesia dari Bentoel ke Yayasan dan seterusnya. Persija ada keinginan seperti itu," kata Jokdri.
"Sehingga spekulasi yang muncul ialah ini Joko ingin memiliki Persija. Secara legal, tidak salah. Tapi misinya, saat saya bersalaman dengan Ferry Paulus (Presiden Persija) mengantarkan Persija bertransformasi kepemilikan kolektif," ujarnya menambahkan.
Jokdri melanjutkan tentang hal yang kedua, yakni strukturisasi manajerial di dalam kubu Persija.
Untuk itu ditunjuklah Gede Widiade sebagai seorang profesional mengelola Macan Kemayoran pada awal Maret 2017.
"Pak Gede disetujui oleh stakeholder untuk memimpin perusahaan ini, menjalankan klub, survive, bahkan berprestasi di 2017, yang tidak terganggu hutang-hutang masa lalu. Ini misinya," ucap Jokdri.
"Kami ingin membalik perspektif bahwa ini sebuah kesulitan yang tidak terjangkau siapapun, menjadi opportunity, menjadi bentuk baru yang kita lihat bersama-sama, tidak boleh karena hanya saldonya kosong, tidak punya stadion, dinilai semurah-murahnya," tuturnya menambahkan.
Pria yang juga merupakan Wakil Presiden AFF itu memberikan contoh tentang hadirnya sebuah federasi sepak bola di salah negara membantu anggotanya.
Salah satunya di Australia ketika Brisbane Roar sedang terpuruk permasalahan keuangan.
Kata Jokdri, saat kolaps, federasi sepak bola Australia masuk untuk mencoba menjembatani sehingga transformasi itu bisa terjadi.
Hal itu yang membuat Jokdri memutuskan untuk masuk ke dalam Persija.
Jokdri pun sangat yakin Persija bisa lebih berjaya di masa depan.
Apalagi ketika Macan Kemayoran sudah memiliki sebuah home base di Jakarta yang dimana sebelumnya Persija lebih sering dinilai tim musafir.
"100 persen secara legal harus dijamin, kalau tidak, ide, gagasan, networking kami tidak laku. Ini komitmen bersama bahwa Persija dalam 2-5 tahun saat homebase sudah punya, stadion sudah ada, kembali lagi di ibu kota, dengan fans yang besar, Persija akan menjadi klub yang bukan klub biasa," kata Jokdri.
Sebelum masuknya Gede Widiade, Persija memang terpuruk dengan dikenal sering telat membayar gaji ke pemainnya.
Kata Jokdri, ia saat ini sedang berbicara dengan pihak-pihak lainnya yang memiliki piutang dengan Persija.
"Ada opsi dikonversi menjadi saham, kami alihkan hutang dengan yang lain. Tapi kami pastikan, kami tidak ingin Pak Gede atau manajemen sekarang berurusan dengan itu," kata Jokdri.
"Manajemen sekarang fokus agar organisasi ini running. Kami juga ingin memastikan Persija, ini loh konsepnya. Yang jalankan siapa? Bukan kami. Lebih tepatnya, Persija butuh uang, kekuasaan, tapi yang diperlukan Persija adalah ide, gagasan, pikiran."
"Kalau diproyeksikan dengan bisnis yang baik, dalam 3-5 tahun yang akan datang, Persija menjadi besar," kata Jokdri.
Lebih lanjut Jokdri mengakui bahwa PT JIH belum menawarkan saham kepada investor.
Hal itu dikarenakan PT JIH ingin sedang memperbaiki Persija agar bisa segera berhomebase di Jakarta.
"Kemudian kami punya stadion, kami lebih kepada para piutang ke Persija, kami ajak bicara. Ada opsi dialihkan hutangnya, belum ada pembicaraan siapa investor Persija. Jadi ada spekulasi, oh di belakangnya Pak Joko itu Donald Trump, atau apa, tidak dapat saya larang seperti itu," kata Jokdri.
Jokdri juga mengatakan bahwa sepak bola harus dipegang oleh orang yang paham.
Katanya, dalam regulasi diperbolehkan satu orang memiliki dua saham.
"Bagaimana sepak bola bukan diurus orang bola. Kami ini hidup dikontrol oleh regulasi, dijalankan sesuai regulasi. Dalam konteks operasional, tidak ada urusan," tutup Jokdri.