Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Menjelang pertandingan yang mempertemukan antara Persija Jakarta kontra Persib Bandung di Stadion PTIK, Jakarta, Sabtu (30/6/2018), Bambang Pamungkas mencurahkan perasaannya melalui sebuah tulisan.
Penyerang yang kini telah dianggap sebagai legenda hidup Persija itu menerbitkan sebuah tulisan singkat melalui situs pribadinya.
Tulisan yang dimuat pada Minggu (24/6/2018) ini diberi judul sebagai berikut: "PERSIJA VS PERSIB: BUKAN LAGA KLASIK…"
(Baca Juga: Messi Bukan Pemimpin Seperti Ronaldo, Dia Seharusnya Malu, Kata Eks Pemain Barcelona)
Bepe, sapaan akrab Bambang Pamungkas, menyebut bahwa tulisan ini merupakan responsnya menanggapi sejumlah hal yang ikut menyambut digelarnya laga tunda tersebut.
"Segala perdebatan, intrik, serta politik jelang laga tunda antara Persija melawan Persib yang akan digelar pada tanggal 30 Juni 2018, membuat saya tiba-tiba ingin sedikit menulis," tulisnya.
(Baca Juga: Mantan Ketum PSSI Ungkap Penyebab Kegagalan Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2022)
Pria berusia 38 tahun itu juga mengatakan bahwa pemilihan judul artikel ini merupakan pendapatnya pribadi. Ia juga menyebut bahwa siapa pun boleh menyetujui atau menyangkalnya.
Namun demikian, dalam tulisannya, Bepe turut menyertakan sejumlah alasan di balik pendapatnya menyebut duel antara Macan Kemayoran melawan Maung Bandung tak selayaknya disebut sebagai laga klasik.
Persija Jakarta, menurut Bepe, bukanlah rival Persib Bandung. Apabila dirunut dari sejarah, laga yang mempertemukan keduanya tak sepatutnya disebut laga klasik.
Bahkan, Bepe berpendapat bahwa tim yang lebih pantas disebut sebagai rival Persib Bandung ialah PSMS Medan.
"Dari apa yang saya tahu (silakan dikoreksi jika salah), rekor penonton terbanyak di liga Indonesia terjadi pada final kompetisi Perserikatan antara PSMS Medan melawan Persib Bandung, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, pada hari sabtu, tanggal 23 Februari 1985. Jumlah penonton ketika itu diperkirakan mencapai 150 ribu orang," tulis Bepe.
(Baca juga: Peter Butler Resmi Didepak Persipura, Inilah 5 Pelatih yang Dipecat pada Putaran Pertama Liga 1 2018)
Dilansir BolaSport.com dari Harian KOMPAS, final kompetisi sepak bola amatir Perserikatan kembali mempertemukan PSMS dan Persib di Stadion Utama Senayan alias Gelora Bung Karno, Sabtu (23/2/1985).
Final saat itu merupakan ulangan partai puncak dua tahun sebelumnya. Pada 1983, PSMS menjadi kampiun setelah menang 3-2 atas Persib melalui drama adu penalti setelah kedua tim bermain imbang 0-0 sepanjang waktu normal dan perpanjangan waktu.
Dua tahun berselang, kedua tim kembali bertemu di final. Ayam Kinantan mencoba mempertahankan gelar dari "terkaman" Maung Bandung.
"Diluberi rekor amat luar biasa, sekitar 150.000 penonton, hingga Guiness Boof of Record terpaksa harus mengubah rekor penonton terbesar dalam partai sepak bola, para pendukung Medan berpesta pora," tulis Harian KOMPAS, Minggu (24/2/1985).
(Baca Juga: Piala Dunia 2018 yang Membedakan antara Cristiano Ronaldo dengan Lionel Messi)
Berdasar catatan Harian KOMPAS, laga final tersebut nyaris batal. Hal itu dikarenakan kondisi Senayan sempat kacau balau.
Kekacauan dimulai sekitar pukul 17.30 ketika ribuan penonton mendobrak pintu biru di bagian barat stadion dan menyerbu lapangan. Sebagian besar dari mereka adalah pembeli karcis yang tidak kebagian tempat duduk.
"Jumlah penonton semalam tampaknya merupakan rekor baru di Stadion Utama Senayan, melampaui 125.000 penonton ketika final sepak bola PON 1977, DKI Jaya vs Irian Jaya (sekarang Papua)," tulis Harian KOMPAS.
Dengan alasan tersebut, Bepe turut bersepakat dengan pendapat beberapa legenda, pemain, serta pendukung Pangeran Biru yang mengatakan jika yang lebih patut disebut laga klasik adalah Persib melawan PSMS, bukan Persija melawan Persib.
Selain itu, Bepe menyebut Persija dan Persib bukanlah rival lantaran skuat Macan Kemayoran lebih digdaya ketimbang Maung Bandung.
(Baca Juga: Luis Milla dan Pelatih Korea Selatan Kompak Berikan Pujian untuk Suporter Indonesia)
"Dari 38 pertandingan yang telah dilakoni oleh kedua tim, Persija Jakarta berhasil merebut 16 kemenangan, sedangkan Persib Bandung hanya berhasil menang 6 kali. Sementara 16 laga sisanya berakhir dengan hasil imbang," tulisnya.
"Bagaimana bisa disebut “Rival” jika salah satu tim mendominasi hasil di atas lapangan. 16 kemenangan berbanding 6 kemenangan tentu tidak dapat dikatakan dekat," tulis pemain kelahiran Getas ini.
Selain itu, pemain yang telah berseragam Macan Kemayoran sejak medio 1998 tersebut menuturkan bahwa ia lebih setuju apabila laga antara Persija kontra Persib mendapat label laga "Sarat Gengsi".
"Saya lebih setuju jika Persija Vs Persib diberi label laga “Sarat Gengsi”. Iya sarat gengsi dan ego dari mereka yang suka memelihara kebencian dalam hati mereka, dan mendapat keuntungan dari perseteruan yang terjadi di luar lapangan," jelasnya.
Sebuah kiriman dibagikan oleh BolaSport.com (@bolasportcom) pada