Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Ia sudah lama berdagang di Stadion GBLA, terutama saat Persib berlaga atau acara lain di GBLA.
Saat itu, ia membawa cucu dan istrinya. Melihat kejadian itu, sebagai orangtua, ia kemudian berusaha melerai sekuat tenaga.
"Saya berusaha melerai karena kasihan saya lihat dia sendirian. Apalagi dia dipukuli dari segala arah, saya halangi juga mereka yang memukuli. Tapi saat saya sedang hentikan mereka yang memukuli, ada lagi yang memukuli dari arah lainya."
(Baca Juga: Anggota The Jak Mania Tewas, 7 Korban Harus Meregang Nyawa di Antara Rivalitas Persib Vs Persija)
"Saya berusaha hentikan mereka yang memukul dari segala arah, tapi sayanya yang didorong-dorong sama mereka," ujar Adang.
Karena kuatnya dorongan mereka, tubuh renta Adang Ali pun tumbang dan akhirnya tersungkur di aspal beton di dekat pintu Gerbang Biru Stadion GBLA.
Ia mengaku tak tega melihat Haringga dikeroyok oleh puluhan orang.
"Saya kecapean, tubuh saya didorong-dorong hingga akhirnya saya tak sadarkan diri dan pingsan," ujar Adang.
Ia baru sadar setelah pingsan kurang dari 30 menit dan saat ia sadar, ia sudah tidak melihat korban dan hanya melihat darah di samping roda baksonya.
(Baca Juga: Orang Tua Haringga Sirla Ungkap Firasat Sebelum Anaknya Tewas Dikeroyok Oknum Bobotoh)
"Saat saya bangun, korban sudah tidak ada, katanya meninggal dan dibawa ambulans. Mangkuk bakso saya habis semua. Saya sedih sekali saat itu, menyesal tidak bisa melerai," ujar Adang.
Sementara itu, rekonstruksi ini menghadirkan delapan tersangka dan dua saksi mata, yakni Adang Ali dan Dede Supriadi.