Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Mantan pesepak bola Indonesia era perserikatan, Amrustian terlihat geram dengan kembalinya kejadian yang mengakibatkan suporter meninggal dunia.
Amrustian, pemain PSMS Medan yang memberikan gelar juara perserikatan pada 1980-an, dengan lantang menyuarakan sepak bola tanpa suporter.
“Pada era kami, bermain tidak ada yang namanya suporter. Tetap saja pada saat itu, laga selalu ramai penonton dan tidak ada gesekan. Padahal, tanpa ada pembatas,” kata Amrustian kepada BolaSport.com.
(Baca juga: Ezra Wailan Jadi Bagian RKC Waalwijk saat Bungkam Klub Kasta Teratas di Piala Belanda)
“Misalnya waktu final perserikatan PSMS versus Persib. Yang datang tak sedikit dan sampai meluber ke pinggir lapangan. Tetapi, pertandingan aman,” tuturnya.
(Baca juga: Timnas U-16 Indonesia Harus Waspada, India Mengklaim Alami Hal Ini di Malaysia)
Menurut Amrustian, sudah saatnya sepak bola Indonesia mencoba tanpa suporter dulu.
Eks pelatih PSBL Langsa ini melihat justru kehadiran suporter menjadi sebab terjadi gesekan hingga ada yang meninggal.
(Baca juga: Pemuda 19 Tahun yang Bersinar Bersama Timnas U-23 Malaysia Bakal Dipinjam Klub Thailand)
“Kalau menurut saya, dibubarkan saja suporter, karena dari situ lahirnya gesekan," ucap Amrustian tegas.
"Kalau sudah ada grup, ada anggota, lalu punya kepentingan, lahirnya sebuah gengsi,” katanya.
(Baca Juga: Roni Fatahillah: PSMS Medan Belum Kiamat)
Bahkan ketika suporter berulah, hukuman kepada mereka tak mumpuni, justru merugikan klub akibat denda.
“Saya pikir kita belum bisa mencontoh yang di luar negeri. Ini kan sudah terjadi beberapa kali terjadi. Harusnya jadi pengalaman dan pembelajaran dan klub yang semakin miskin,” kata Amrustian.
“Jadi kalau tidak ada kelompok suporter lagi, jadi tidak akan ada yang menonton ke stadion? Tidak semua penonton yang suka ribut-ribut. Ada yang mau tenang."
(Baca juga: Pelatih Barcelona Musim 2013-2014 Berpeluang Tangani Timnas Meksiko)