Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Persija Meraja Sendirian di Jakarta, Ibu Kota Pernah Banjir Klub di Kasta Teratas

By Andrew Sihombing - Selasa, 9 Oktober 2018 | 11:26 WIB
Pose bersama pemain Persija sebelum menjamu Borneo FC pada laga pekan keempat Liga 1 2018 di SUGBK, Sabtu (14/4/2018). ( GARRY ANDREW LOTULUNG/KOMPAS.COM )

(Baca Juga: Hari Ini Komdis PSSI Umumkan Sanksi untuk Arema FC)

Adapun Persija berhasil menjuarai kompetisi Perserikatan semusim sebelumnya.

Pada musim 1979/80 itu, ada juga UMS ’80 dan Jakarta Putera yang masih berada di Divisi Satu Galatama.

Jangan lupakan juga klub seperti Bintang Timur, yang memainkan laga kandang di Cirebon kendati aslinya dari Jakarta, atau Tempo Utama, yang melakoni duel kandang di Bandung walau berasal dari ibu kota.

“Dulu memang ada banyak klub di Jakarta, tidak seperti sekarang saat cuma Persija yang tampil di level teratas. Klub-klub itu didirikan oleh sejumlah bos yang memang gila sepak bola,” tutur Warta Kusuma, eks libero timnas yang juga jebolan Warna Agung.

Aroma semiprofesional sebagai alternatif kompetisi amatir dalam wadah Perserikatan memang membuat banyak pihak berlomba-lomba tampil di Galatama.

(Baca Juga: Timnas Indonesia Krisis Bek Kanan, Cuma Dua Sepanjang 2018)

Sinyo Aliandoe, mantan pelatih timnas Indonesia, bahkan disebut sempat menolak bergabung dengan PSSI Binatama yang akan dikirim ke Brasil karena tak bisa meninggalkan Tunas Inti, klub yang menggajinya, terlalu lama.

“Pada masa itu, Jayakarta bisa dibilang sebagai. Para pemain Jayakarta benar-benar dibayar untuk bermain sepak bola, sementara pemain di klub seperti Indonesia Muda dan Warna Agung merupakan karyawan perusahaan,” kenang Sutan Harhara, defender serba bisa yang pernah membela Jayakarta dan Persija.

Kualitas klub Galatama juga bisa dibilang mumpuni karena diperkuat pemain pilihan.