Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Terkait Keterpurukan PSMS Medan, Djanur: Mereka Terlalu Cepat Memecat Saya

By Irfa Ulwan - Sabtu, 1 Desember 2018 | 17:41 WIB
Pelatih PSMS Medan, Djadjang Nurdjaman berdiskusi dengan pihak perwakilan North Cliff di pinggir lapangan Stadion Kebun Bunga saat menyaksikan latihan tim. Djanur menilai manajemen PSMS Medan kurang bersabar saat memecat dirinya. ( ABDI PANJAITAN/BOLASPORT.COM )

Sejak kedatangannya di Medan sejak Kamis (29/11/2018), Djanur banyak mengungkapkan perasaannya terkait kota itu, termasuk kenangannya di PSMS.

(Baca juga: Liga 1 2018 - Kembali ke Stadion Teladan, Djanur Akui Ada Beberapa Perbedaan)

Satu yang diungkapkannya adalah keputusan manajemen PSMS saat itu, yang memlih mendepaknya.

Menurutnya, hal itu merupakan satu keputusan yang terlalu terburu-buru.

"Ya, pastilah karena waktu dipecat prestasi klub tidak bagus, di situ saya rasa (manajemen) kurang sabar. Padahal masih bisa diperbaiki untuk berada di zona aman, bahkan pada saat itu belum selesai putaran kedua masih banyak waktu," ujar Djanur, kutip BolaSport.com dari Tribun Medan.

Kendati demikian, dirinya tetap menyadari bahwa sedikit-banyak dia punya andil dan bertanggung jawab atas kondisi PSMS saat itu.

"Tapi memang terlalu singkat waktu yang diberikan kepada saya. Ya saya akui saya bertanggung jawab," katanya menambahkan.

(Baca juga: Djanur Ditodong Pertanyaan soal Pengaturan Skor Setibanya di Medan, Begini Jawabannya)

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P