Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Neymar, Unai Emery, dan Ezechiel N Douassel dalam Kolam Ikan yang Sesak

By Beri Bagja - Kamis, 10 Agustus 2017 | 19:13 WIB
Neymar ketika diperkenalkan sebagai pemain baru Paris Saint-Germain (PSG), Jumat (4/8/2017). (LIONEL BONAVENTURE/AFP)

Masalahnya, bagi Emery kolam kecil itu kini tampak semakin sesak dengan beban berat mendatangkan ikan termahal di dunia bernilai Rp 3,4 triliun.

Tantangan besar baginya lantaran Emery belum pernah mengelola kolam sebesar itu.

Maaf saja buat Emery, meski sukses mengukir hat-trick gelar Liga Europa di Sevilla, pelatih yang nama belakangnya sama dengan nama grup musik cadas asal AS itu belum bisa dikategorikan pelatih kelas wahid.

Hal itu jika dikomparasikan dengan figur sekaliber Jose Mourinho, Pep Guardiola, atau pendahulunya di PSG, Carlo Ancelotti, dan pelatih muda yang terus menanjak kini, Zinedine Zidane.

Musim lalu Emery bahkan gagal membawa PSG juara Liga Prancis, rontok di 16 besar Liga Champions, tapi (untungnya) kebagian treble mini domestik.

Apakah siapa pun pelatihnya bakal mampu berprestasi dengan bekal materi seperti Neymar cs? Eit, belum tentu.

Lihat Barca musim 2013-2014 bareng Tata Martino - yang notabene musim perdana Neymar di Blaugrana.

Diwarisi skuat berjubel prestasi dari Guardiola dan Tito Vilanova, Martino cuma menyumbang trofi Piala Super Spanyol, finis runner-up di liga, dan rontok di perempat final Liga Champions.

Garis merah lebih jauh bisa ditarik ke masa belasan tahun silam kala Inter Milan berniat membangun tim super, tapi malah wanprestasi.

Padahal, Inter 1999-2000 dipoles pelatih sekaliber Marcello Lippi bermodal gelar seabrek, termasuk Liga Champions, di tahun-tahun sebelumnya.