Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kegembiraan itu pecah usai peluit tanda akhir laga dibunyikan wasit Aleksandar Starvev asal Masedonia. Ya, seluruh pemain timnas Luksemburg bersorak gembira.
Pemain-pemain Luksemburg berteriak gembira seolah baru saja meraih sebuah gelar juara.
Padahal, mereka “hanya” berhasil menahan imbang Prancis 0–0 dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2018 Grup A pada Minggu (3/9) atau Senin dini hari WIB.
Gawang Jontahan Joubert, kiper Luksemburg berusia 37 tahun, tetap tak jebol meski digempur 21 kali tembakan oleh Tim Ayam Jantan.
Delapan di antara 21 tembakan itu mengarah tepat ke jantung gawang Luksemburg.
Sang tamu pun hanya diberi jatah 25 persen penguasaan bola oleh pasukan tuan rumah Prancis.
Lihat juga catatan jumlah operan kedua tim untuk memperjelas dominasi timnas Prancis di Stadium de Toulouse, arena pertandingan.
Bila Paul Pogba dkk berhasil melepaskan 725 operan dalam 90 menit pertandingan, kubu Luksemburg hanya berhasil melakukannya sebanyak 234 kali.
Ketika akurasi operan tim Prancis mencapai 90 persen, keberhasilan operan Luksemburg hanya 67 persen.
Sebuah statistik yang menunjukkan inferioritas Luksemburg di hadapan tim raksasa sepak bola Eropa, Prancis.
Namun, kenyataan akhir tidak memperlihatkan keperkasaan sang raksasa. Luksemburg, yang boleh dibilang digebuk habis–habisan hingga akhir laga, tetap berdiri tegak dan tersenyum gembira di pengujung pertandingan.
Sebuah pemandangan yang berbanding terbalik dengan kekecewaan yang dirasakan Paul Pogba dan kawan–kawan.
Prancis pantas kecewa mengingat mereka begitu dominan selama 90 menit pertandingan.
Apalagi, dalam 14 pertemuan terakhir mereka selalu mampu menekuk liliput sepak bola dari Eropa bagian barat tersebut.
Dalam total 17 duel kedua tim, Luksemburg memang punya sekali kemenangan dengan 12 kali membobol gawang Prancis. Akan tetapi, gawang Luksemburg kemasukan 71 gol oleh pasukan Les Bleus.
Well, sebuah pelajaran berharga diberikan timnas Luksemburg bahwa kadar kebahagiaan bukanlah sesuatu yang pasti layaknya ilmu ukur atau matematika.
Hasil 0–0 yang diratapi oleh Prancis justru dirayakan dengan begitu gembira oleh armada pelatih Luc Holtz.
Padahal, hasil tersebut tidak menggoyahkan posisi Tim Ayam Jantan di puncak klasemen Group A walau mengganggu usaha lolos dengan cepat ke Rusia 2018.
Hasil tersebut juga tidak mengubah nasib Luksemburg yang tak mungkin lolos ke putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia.
Timnas Luksemburg hanya bermain imbang di Prancis, gagal mecetak gol, apalagi lolos ke putaran final Piala Dunia tahun depan.
Sebelum bermain 0-0 melawan Prancis, Luksemburg telah melakoni 7 pertandingan di Grup A.
Hasilnya? Luksemburg mengumpulkan 4 poin hasil satu kemenangan 1-0 dan seri 1-1 melawan Belarusia. Tambahan 1 angka didapat di markas Prancis (0-0) akhir pekan lalu.
Luksemburg memang hanya mampu menahan Prancis 0-0 di Stadion Municipal di Kota Toulouse setelah sebelumnya menyerah 1-3 ketika menjadi tuan rumah bagi Les Bleus.
Namun, mereka tahu sudah berjuang ekstra keras untuk mampu menghindarkan diri dari kekalahan ke-15 secara beruntun di tangan pasukan Les Bleus.
Untuk alasan itulah mereka bersorak gembira di akhir laga.
Timnas Luksemburg memperlihatkan bahwa kebahagiaan itu tergantung bagaimana Anda melihatnya. Semua itu soal sudut pandang, soal perspektif.
Hasil imbang 0–0 diratapi Prancis, namun dirayakan secara agak berlebihan oleh Joubert dan kawan-kawan.
Hasil ini agaknya dianggap sebagai sesuatu yang pantas untuk dirayakan oleh Luksemburg usai perjuangan keras menahan gempuran peluru–peluru Les Bleus.
Well, selamat berbahagia, Luksemburg!