Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Laporan pandangan mata. Acara itu selalu saya tunggu sewaktu duduk di bangku sekolah dasar.
Lewat acara di Radio Republik Indonesia (RRI) itu, saya dan sejumlah pencinta sepak bola di mana pun berada akan bisa selalu mengikuti perkembangan tim kesayangannya yang tengah bertanding.
Siaran langsung pertandingan sepak bola pada saat itu memang belum seramai sekarang.
Para pencinta sepak bola nasional dan internasional, saat itu hanya bisa menunggu acara "Arena dan Juara" pada Jumat malam atau "Dari Gelanggang ke Gelanggang" pada Minggu siang, setiap pekannya di TVRI.
Menyimak siaran langsung sepak bola dari radio mungkin tak sejelas lewat layar televisi. Namun, ada sensasi berbeda yang ditawarkan ketika mendengarkannya.
(Baca Juga: Selamat Hari Pramuka! Bapak Pramuka Dunia Ternyata Mantan Kiper)
Kenikmatan pertama tentu saja adalah rangkaian kata dan kalimat dari penyiar RRI yang melaporkan secara langsung pertandingan tersebut. Keseruan itu salah satunya bisa dilihat dari prolog lagu "Kop dan Headen" P-Project pada 1994.
"Saudara-seadara, kami akan melaporkan langsung siaran pandangan mata di lapangan hijau. Nampak Robby Darwis sekarang sedang menguasai bola, berikan saja pada Yudi Guntara, Yudi Guntara lagi sodorkan pada Robby Darwis, Robby Darwis sodorkan lagi pada Yudi Guntara, sudah memasuki jantung pertahanaaaan.. Ahhhaaaayy! Apa yang terjadi saudara-saudaraaa.."
Kalimat-kalimat itu hanyalah secuil dari kreativitas para penyiar RRI ketika memberikan laporan pandangan mata. Kita bisa dibawa ke arena dan seolah-olah menyaksikan langsung pertandingan.
Hal itu jualah yang menjadi nilai lebih kedua dari siaran langsung sepak bola di radio, melatih daya imajinatif. Kita tak bisa tahu arah bola dan suasana di lapangan seperti apa, tetapi otak kanan kita pasti akan merespons begitu para penyiar RRI memberi laporan pandangan mata.