Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
(Baca juga: Penyerang Produktif Madura United Musim 2016 Tampil Memukau di Laga Terbaru Liga Singapura)
Kebanyakan pelatih hanya punya 11 pemain andalan dan cadangan adalah harga mati. Namun, Milla dan Indra tak alergi merotasi pemainnya, saat genting maupun santai.
Kiper salah satunya, Milla membuat Satria Tama jadi bintang, saat semua mata tertuju pada Kurniawan Kartika Ajie. Keduanya ternyata sama-sama hebat.
Begitu juga di timnas U-19, Muhammad Riyandi yang sering dapat pujian harus menyingkir dari turnamen lebih awal karena cedera, Muchamad Aqil Savik ternyata tak kalah bagus penampilannya.
Uniknya, Satria dan Savik sama-sama diragukan banyak orang sebelumnya, terutama pada warganet.
Namun untuk urusan satu ini, saya lebih menyalahkan klub dan liga domestik, yang dari dulu penyakitnya enggak hilang.
Ada pemilik klub yang suka mencak-mencak ke perangkat pertandingan, ada wasit yang tak tegas, lalu ada pelatih yang mungkin kurang wibawa di depan pelatihnya.
Semua itu efeknya ke pemain dan Milla serta Indra pasti kena getah atas semua ini. Ya, getah yang menempel di pemain pilihan mereka.
Mereka harus membuat program itu secara detail, padahal harus tak perlu. Kembali, saya menyalahkan klub yang dinaungi pemain.
Klub atau tim dari pemain pilihan dua pelatih itu bahkan tak punya pelatih fisik, dokter tim, atau fisioterapis. Artinya, si pemain datang ke timnas tanpa rekam jejak kesehatan yang bisa direkomendasikan.
Indra sih biasa dengan budaya seperti ini di Indonesia, tetapi Milla pasti pusing dengan kenyataan yang ada.
Padahal, Milla dan Indra seharusnya memanggil para pemain yang siap dengan sedikit polesan langsung joss bukan memulai semua dari awal.
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on