Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Si legenda itu telah pensiun. Ricardo Kaka akhirnya menanggalkan sepatu sepak bola pada usia 35 tahun. Kaka adalah pemain terakhir dari era para pahlawan.
Kenapa saya katakan Kaka sebagai pemain terakhir dari era para pahlawan?
Sederhana, pemain asal Brasil itu merupakan pemain terakhir yang memenangi trofi Ballon d'Or/Pemain Terbaik FIFA dengan nama belakang bukan Ronaldo atau Messi.
Pada Desember 2007, Kaka mengungguli kedua pemain tadi untuk mengangkat piala sebagai pemain terbaik dunia.
Ia mendapat apresiasi tersebut setelah annus mirabilis (tahun penuh keajaiban) saat membawa Milan menjuarai Liga Champions dengan catatan 10 gol yang menjadikannya top scorer kompetisi.
Hal yang menarik dari penghargaan tersebut adalah dua penguntit di belakang Kaka ketika itu belum genap berusia 23 tahun.
Cristiano Ronaldo masih 22 tahun saat ia menjadi runner up sementara Lionel Messi masihlah balita di usia sepak bola, 20 tahun.
Pidato Kaka saat ia menerima trofi seperti sebuah ramalan untuk masa depan.
"Ini adalah era baru bagi sepak bola, siklus baru telah dimulai," ujar Kaka ketika itu, seperti dikutip BolaSport.com dari Guardian.
"Banyak pemain hebat sebelum ini, tetapi sekarang para pemain muda mulai membuat sejarah," lanjutnya.
Ya, dunia memang berubah setelah 2007.
Hanya akan ada dua pemenang Ballon d'Or antara 2008 dan sekarang: Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.
Urutannya adalah Ronaldo, Messi, Messi, Messi, Messi, Ronaldo, Ronaldo, Messi, Ronaldo, dan Ronaldo.
Kejeniusan kedua pemain ini menyalakan api dan mendefinisikan sepak bola Eropa dan dunia selama 10 tahun terakhir.
(Baca Juga: Catatan Tak Terkalahkan Brendan Rodgers Berhenti di Angka 69)
Kedua pahlawan ini menjadi Titan sepak bola dunia dan menenggelamkan kepahlawanan para pemenang penghargaan terbaik dunia sebelumnya.
Sebelum Kaka, berderet raksasa-raksasa dunia sepak bola yang mengangkat trofi Ballon d'Or.
Fabio Cannavaro, Ronaldinho, Andriy Shevchenko, Pavel Nedved, Ronaldo da Lima, Michael Owen, Luis Figo, Rivaldo, Zinedine Zidane, Matthias Sammer, George Weah, Hristo Stoitchkov, Roberto Baggio, Marco van Basten, Jean-Pierre Papin, dan Lothar Matthaeus berganti menjadi pemain terbaik sejak 1990.
Tiga bek (Cannavaro, Matthaeus, Sammer), empat gelandang (Ronaldinho, Nedved, Figo, Zidane), sembilan penyerang (Shevchenko, Ronaldo, Rivaldo, Owen, Weah, Stoitchkov, Baggio, Van Basten, Papin) menjadi pemain terbaik dalam 27 tahun terkahir.
Sekarang kita hanya melihat nama Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.
Duopoli mereka tentu sangat wajar. Di satu sisi kita harus mensyukuri fakta bahwa kita semua sekarang sangat beruntung untuk menyaksikan langsung kedua megabintang tersebut merambah lapangan hijau.
Kebintangan mereka tak terbantahkan.
Mungkin dunia tak akan melihat pemain sehebat mereka lagi walau kita hidup 100 tahun sekali pun.
Namun, betapa berwarnanya dunia sebelum Kaka.
Cannavaro adalah contoh terbaik. Bek mungil itu memenangkan trofi Ballon d'Or setelah mengapteni Italia ke gelar Piala Dunia 2006.
Bek tangguh itu juga menjadi pemain tertua yang menjuarai penghargaan ini dalam usianya yang 33 tahun.
Sebagai perbandingan, Raphael Varane hanya finish peringkat enam di daftar voting Ballon d'Or 2017 setelah membawa Real Madrid juara Liga Champions.
Lagi pula, stok bek tengah kelas dunia sekarang minim.
Duo bek tengah Portugal yang menjadi starter di final Euro 2016, Jose Fonte dan Pepe, kini pemain antah berantah.
Pepe memasuki senja karier di Liga Turki bersama Besiktas sementara Fonte terakhir bermain bagi klubnya, West Ham, pada akhir Oktober 2017.
Mengingat usia mereka yang sudah melewati peak bagi seorang atlet, mungkin kita hanya harus menunggu 3-4 tahun lagi sebelum duopoli Ronaldo dan Messi pecah.
(Baca Juga: Kenapa Reno Salampessy Tak Mau Mengikuti Jejak Ricardo Salampessy?)
Bisa jadi, tak akan lama sebelum kita melihat the new Cannavaro mengangkat trofi permain terbaik.
Fenomena baru di dunia sepak bola kian terbentuk. Para center back tak lagi hanya disibukkan dengan bertahan, mereka juga menjadi pengolah bola dan playmaker.
Pemain seperti Davinson Sanchez (Spurs), Kalidou Koulibaly (Napoli), John Stones (Man City), dan pemuda sensasional Belanda, Frenkie de Jong (Ajax) menjadi primadona di tim masing-masing.
"Today's playmakers are found in centre of defence: numbers 3 and 4". Frenkie de Jong – "a very modern midfielder, starts as a No.6, and then ends up playing as a No.10." – anchored Ajax's midfield diamond (3-4-3) against PSV, which allowed him to channel his inner Beckenbauer pic.twitter.com/8X5XU5tugx
— Mohamed Moallim (@iammoallim) December 10, 2017
Kaka adalah nama terakhir di era para pahlawan sepak bola sebelum Ronaldo dan Messi.
Sekarang saatnya kita menantikan generasi pahlawan berikut yang akan muncul setelah dua Titan sepak bola tersebut pensiun.