Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Film "Dilan 1990" sedang berjaya di bioskop-bioskop Tanah Air.
Senin (29/1/2018), film yang diangkat dari novel karya Pidi Baiq itu diberitakan sudah disaksikan 1 juta orang.
Dilan 1990 pun langsung menjadi kandidat film Indonesia terlaris 2018.
Quote romantis “Rindu itu berat. Kamu takkan kuat. Biar aku saja” sekarang jadi viral di media sosial.
Salah kalau mengatakan itu sekadar kata-kata gombal dari tokoh Dilan buat Milea.
(Baca Juga: Andrea Pirlo dan 10 Penyeberang Lain antara Juventus, AC Milan, dan Inter Milan)
Rindu memang berat. Tanyakan itu kepada suporter AC Milan.
Milanisti sudah sangat rindu melihat tim kesayangannya mereka kembali ke era kejayaannya.
Sudah terlalu lama AC Milan tidak lagi menjuarai Liga Italia.
I Rossoneri juga sudah lama absen dari panggung Liga Champions, arena yang dulu pernah menjadi habitat mereka.
Rindu itu berat. Bayangkan mengenaskannya Milanisti saat diolok-olok teman-teman yang mendukung klub rival.
Belakangan, dari tahun ke tahun, AC Milan cuma jadi "PHP" alias pemberi harapan palsu.
Rasa rindu semakin bertambah karena sudah lama juga Il Diavolo tidak memiliki pelatih yang memberikan “jiwa Setan Merah” kepada tim.
Setelah Carlo Ancelotti pada 2001-2009, belum ada lagi eks pemain sendiri yang mampu memimpin AC Milan meraih kesuksesan dan menegaskan merek sepak bola mereka.
AC Milan adalah tradisi, AC Milan adalah keluarga.
Biasanya mereka memang mendahulukan kalangan sendiri untuk dipercaya menjadi nakhoda tim.
(Baca Juga: Fernando Torres Usai Bobol Gawang Las Palmas: Mungkin Ini Gol Terakhir Saya)
Tetapi, Leonardo, Clarence Seedorf, Filippo Inzaghi, dan Cristian Brocchi gagal melakukannya selepas Carlo Ancelotti.
Sekarang ada Gennaro Gattuso, simbol keganasan era kepelatihan Ancelotti yang menjadi penyeimbang terhadap flamboyannya Seedorf, Kaka, Andrea Pirlo, dan Andriy Shevchenko.
Setelah start yang gamang, Gattuso sedang menikmati bulan madu.
AC Milan tak terkalahkan dalam 4 partai Liga Italia terakhir.
Untuk pertama kali musim ini, I Rossoneri mampu menang tiga kali berturut-turut di Liga Italia.
Di tangan Gennaro Gattuso, Setan Merah akhirnya bisa mengalahkan tim kuat.
Setelah Inter ditaklukkan 1-0 di Coppa Italia, Lazio dipukul 2-1 di Serie A alias Liga Italia.
Di bawah asuhan Gattuso, Davide Calabria, Franck Kessie, Lucas Biglia, dan Hakan Calhanoglu mulai bertransformasi.
Mereka menjadi pemain yang lebih bagus dibandingkan selama tim masih dilatih Vincenzo Montella.
(Baca Juga: Real Madrid Siapkan Rp 9 Triliun demi Boyong 3 Bintang Liga Inggris)
Inikah waktunya Milanisti akhirnya bisa melampiaskan kerinduan mereka?
Kalau ditanyakan kepada para pemain, mungkin jawabannya akan seragam: Ya!
Giacomo Bonaventura meminta klub mempertahankan Gennaro Gattuso untuk musim depan.
Permintaan itu adalah bukti bahwa para pemain mengakui Gattuso membawa perubahan positif.
Kalau AC Milan memulai musim dengan lebih solid di bawah kepelatihan Gennaro Gattuso, hasilnya boleh jadi akan berbeda.
Menjadi juara Liga Italia atau Liga Champions mungkin sulit mengingat minimnya pengalaman eks gelandang yang baru mulai menjadi pelatih pada 2013 itu.
Tapi, setidaknya seperti Carlo Ancelotti, Gennaro Gattuso bakal memberikan jiwa kepada tim.
Dia bakal memunculkan merek AC Milan sesuai karakternya dulu.
Semasa bermain, pada Desember 2008, Gattuso pernah terus berlari dan bertarung selama 90 menit walaupun ligamen lututnya sudah cedera.
I Rossoneri sekarang sudah menunjukkan tanda-tanda menuju ke sana.
@giacomobona: "Each coach has his own style. Gattuso wants us to work with higher intensity. If you train well during the week, then things go well also in the game. We have now reached a good level from an athletic standpoint" #MilanLazio
— AC Milan (@acmilan) January 30, 2018
Di tangan Gennaro Gattuso, AC Milan beberapa kali mampu berlari 144 kilometer dalam sebuah pertandingan.
Pencapaian yang bahkan melampaui catatan rata-rata jarak tempuh terjauh di Liga Italia musim ini.
Tak berhenti berlari, bertarung, berdarah, mungkin kalau perlu mati di atas lapangan.
Siapa tidak senang melihat tim kesayangannya bermain seperti itu?
Kalaupun kemudian gagal menjadi juara, suporter bakal tetap bangga karena tahu tim mereka telah memberikan yang terbaik.
Paling tidak mereka tidak akan pernah kalah dari lawan dalam hal level usaha.
Jadi, saya setuju dengan Giacomo Bonaventura.
AC Milan rasanya perlu mempertahankan Gennaro Gattuso supaya suporter bisa menikmati lagi Il Diavolo yang galak dan menakutkan lawan.
Rindu itu berat. Biarkan Gennaro Gattuso yang menjawab.