Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Fenomena Sepak Bola Indonesia: Meninggalkan dan Ditinggalkan Sponsor

By Yosrizal - Jumat, 23 Maret 2018 | 23:16 WIB
Penyerang Persija Jakarta, Marko Simic, dikejar dua pemain Bhayangkara FC, Alsan Putra dan Nurhidayat, pada laga pembuka Liga 1 2018 di Stadion Utama GBK pada Jumat (23/3/2018). (HERKA YANIS PANGARIBOWO/BOLASPORT.COM)

Hal yang sama juga pernah dilakukan PSSI dan operator kompetisi pada 2014, meski tidak sama persis.

Kompetisi Liga 1, dulu bernama Indonesia Super League (ISL), berhasil menggaet Bank Nasional Qatar (QNB) sebagai sponsor utama.

Kala itu, pihak BV Sport sebagai pemegang lisensi ISL mendapatkan kontrak kerja sama dengan bank asal Timur Tengah itu selama tiga musim (2015-2017).

Keberhasilan menggaet kerja sama dengan Bank Qatar dinilai sebagai sebuah langkah bersejarah. QNB merupakan perusahaan asing pertama yang menjadi sponsor kompetisi sepak bola di Indonesia.

Sebagai sebuah bank yang baru membuka jaringan bisnis  di Indonesia pada 2011, merencanakan ISL merupakan langkah untuk meningkatkan platform sepak bola di Indonesia.

Meski tergolong baru di pentas sepak bola Indonesia, bank terbesar di Timur Tengah dan Afrika itu bukan pemain baru dalam kancah sepak bola.

(Baca Juga: Marko Simic Mandul pada 3 Pertandingan, Ini Kata Teco)

QNB adalah sponsor klub Liga Prancis, Paris Saint-Germain, dan langganan sponsor di pentas Piala Asia.

Cuma, nama besar dan pengalaman QNB di jagad sepak bola dunia tak memberi nilai tambah bagi sepak bola Indonesia.

ISL, yang digadang-gadang sebagai kompetisi perubahan, terbaik, terjujur, dan kompetitif harus berhenti di tengah jalan.