Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Alih-alih mengapresiasi kemampuan, prestasi, dan sikap, orang malah sering menyorot mereka dengan lebih berfokus pada kecantikan paras atau kemolekan fisiknya.
Hal ini utamanya ada di dunia maya. Lihat saja bagaimana pelaku sepak bola perempuan kerap dicitrakan dalam konten-konten yang hadir di perangkat elektronik kita.
Bukan yang performanya ciamik atau sikapnya terpuji, yang ditonjolkan justru mereka yang dianggap cantik, sebuah label yang dalam upaya pengembangan sepak bola perempuan tentu tidak ada manfaatnya.
Dengan foto-foto yang dibalut kata-kata hiperbolis sebagai bumbunya, kita digiring untuk ikut merendahkan derajat para pelaku sepak bola perempuan Indonesia.
Kita sering lupa bahwa pelaku sepak bola perempuan hadir dengan misi yang tak berbeda dengan laki-laki, sebagai sosok di dunia olahraga yang sejatinya selalu berusaha mengembangkan diri dan mengukir prestasi.
Dengan demikian, sudah seharusnya perempuan dilihat secara setara dalam sepak bola, bukan sekadar sebagai pemanis belaka.
Jadwal Siaran Langsung Liga Inggris Pekan Ini - Para Raksasa Butuh Kemenangan https://t.co/7NN19VJ99b
— BolaSport.com (@BolaSportcom) April 21, 2018
Menyoroti mereka dengan berfokus pada kecantikan paras atau kemolekan fisik jelas adalah bentuk pengerdilan terhadap kemampuan dan usaha mereka dalam dunia sepak bola.
Ingat, ini adalah sepak bola, bukan kontes ratu kecantikan!
Pada akhirnya, harus diakui secara jujur bahwa apa yang kita lakukan ternyata justru berlawanan dengan semangat Kartini dan menghambat majunya sepak bola perempuan Indonesia.
Jadi, sudah sepatutnya kita memandang perempuan dalam sepak bola secara setara.
Baik itu menjadi pemain, ofisial pertandingan, pengurus PSSI, atau apapun, mereka sejatinya hadir untuk berkontribusi bagi pesepakbolaan Tanah Air.