Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Keputusan Pemain Persija di Lamongan dan Makna Ramadan untuk Sepak Bola Indonesia

By Estu Santoso - Senin, 21 Mei 2018 | 15:46 WIB
Suasana sebelum laga antara Persela Lamongan kontra Persija Jakarta di Stadion Surajaya, Lamongan, Minggu (20/5/2018). ( MANIK PRIYO PRABOWO/TRIBUNJATIM.COM )

Aksi pemain Persija pun langsung melambungkan segala memori kelam kompetisi di negeri ini, mulai dari Liga 1 sampai yang level terbawah.

Banyak pemain protes tak cuma memakai mulut sesuai prosedur, tetapi sampai membuat wasit kesakitan, ketakutan, berdarah, bahkan ada yang harus dilarikan ke rumah sakit.

(Baca juga: Terens Puhiri Jadi Bagian Kemenangan Tujuh Gol Klub Thailand)


Para pemain Persija Jakarta melakukan protes kepada wasit dalam laga Liga 1 kontra Madura United di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (12/5/2018).(HERKA YANIS PANGARIBOWO/BOLASPORT.COM)

Selain itu, mereka juga menambahi sikap tak sportif dan jauh dari makna fair play yaitu mogok main karena tak puas dengan keputusan wasit.

Terlepas persoalam wasit yang salah dan mereka juga manusia, sikap pemain Persija pada malam kelima Ramadan di Lamongan sangat layak dijadikan tauladan.

Tanpa langsung menyambungkan pada momen Ramadan, tetapi penulis menilai makna bulan suci umat Islam ini telah dijalankan pemain Persija dan ini layak dijadikan role modeli untuk sepak bola Indonesia.

(Baca juga: Ryuji Utomo Tampil Penuh pada Posisi Spesialis, Klub Thailand Ini Curi Poin Tandang)

Mereka melakukan protes sesuai prosedur sesuai hak dia, lalu sabar dengan melanjutkan perjuangan, walau akhirnya kebobolan lagi dan kalah.

Selepas laga, pemain maupun ofisial Persija pun tak mengulang protes ke wasit sehingga taka da kegaduhan lagi.