Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Privet, pembaca! Salam hangat dari Rusia, negeri Beruang Merah, negeri vodka, dan negeri Vladimir Putin.
Saat tulisan ini dibuat, saya baru melewati dua malam di Moskwa sejak datang pada Sabtu (9/6).
Rasa letih masih melekat di badan setelah melalui perjalanan udara 16 jam dan juga kondisi badan yang belum fit karena serangan flu sejak seminggu sebelum jalan.
Namun, badan yang tidak kondusif itu bersedia kompromi jika mengingat kembali apa yang tersimpan di depan mata.
Ya, Rusia 2018 merupakan liputan Piala Dunia perdana saya sejak pertama mengalungi kartu identitas jurnalis Tabloid BOLA pada 2008 lalu.
Tabloid BOLA punya sejarah kaya meliput turnamen terakbar dunia. Sejak Piala Dunia 1986, media kami tak pernah luput hadir dari hajatan masif tersebut.
(Baca Juga: Piala Dunia 2018 - Jadwal Lengkap Grup D, Lionel Messi Langsung Bertemu Tim Debutan)
Tahun 2018 juga spesial bagi BOLA karena ini bukan hanya pertama kali kami melakukan liputan Piala Dunia yang akan merambah all platform print maupun digital, tetapi juga bersinergi dengan saudara-saudara kami di grup Kompas Gramedia.
Sembari saya menulis ini, rekan-rekan dari Harian Kompas serta Kompas TV berunding seru mengenai target liputan esok hari.
Ya, apartemen sewaan kami di daerah Marii Ulianovoy, di daerah Universitas Negeri Moskwa, sesak dengan enam jurnalis Kompas Gramedia yang berambisi untuk memberikan kabar terbaru dan terbaik dari negeri Beruang Merah.
Empat dari kami memegang akreditasi resmi FIFA dari 10 yang dibagikan ke Indonesia, sehingga Kompas Gramedia akan mempunyai perwakilan luas di laga-laga Piala Dunia 2018.
Termasuk salah satu dari empat tadi adalah Herka Yanis, juru foto muda kami yang merupakan satu dari hanya dua fotografer yang mendapat akreditasi resmi di Indonesia.
***
Jumlah 10 akreditasi bagi Indonesia sendiri sudah membuat beberapa wartawan dari negara-negara lain terkesima.
John McAuley, seorang wartawan the National, sebuah koran berbasis di Dubai, mengatakan bahwa negara-negara Arab yang tidak berpartisipasi di Piala Dunia paling maksimal mendapatkan lima akreditasi.
“Kalian dapat banyak sekali, saya heran,” ujar McAuley saat berbincang dengan saya di FIFA Media Welcoming, suatu event networking yang dikemas dalam bentuk river cruise selama dua jam mengelilingi Sungai Moskwa.
Ya, hal sama juga dikatakan oleh Mootaz Shehade, pekerja media asal Lebanon yang saya temui dekat Stadion Luzhniki.
Negara asalnya hanya mendapat dua jatah akreditasi, satu fotografer dan satu jurnalis.
Sementara, Vietnam hanya mendapatkan empat jatah akreditasi, dua fotografer dan dua jurnalis.
Indonesia memang pantas bangga.
(Baca Juga: Jadwal Lengkap Piala Dunia 2018, Awal dan Akhir di Moskwa)
Kendati terakhir lolos ke Piala Dunia sebagai entitas bernama Hindia Belanda pada 1938, FIFA masih memandang kita lebih tinggi ketimbang negara-negara yang secara ranking masih superior ketimbang timnas Garuda.
Bisa jadi, hal ini karena rakyat Tanah Air yang memang doyan nonton bal-balan.
Tercatat, TV Audience Report untuk Piala Dunia 2014 menyatakan bahwa lebih dari 100 juta masyarakat Indonesia menyaksikan laga-laga Piala Dunia Brasil.
Menurut laporan sama, jumlah peak audience di Tanah Air mencapai 16,7 juta jiwa, bandingkan hal ini dengan Thailand (3,8 juta) dan Australia (2,5 juta) dua negara yang secara geografis dekat dengan kita.
Oleh karena itu, kami dari tim peliput Piala Dunia 2018 memahami betul besarnya tanggung jawab kepada para pembaca Tanah Air. Namun, tantangan itulah yang akan kami jawab dengan semangat sinergi Kompas!