Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Menonton sepak bola adalah kebahagiaan yang tak bisa dibendung, terserah Anda mau sepakat atau tidak. Setidaknya, itu yang saya dan Robert Plant sepakati.
Saya memang tidak pernah berkenalan langsung dengan Plant. Agak mustahil membayangkan bisa berjabat tangan dengan eks pentolan grup musik heavy metal Inggris, Led Zeppelin itu.
Tapi, saya telah lama berkenalan dengan karya-karyanya. Dengan Black Dog yang juga pernah dibawakan secara komedi oleh grup Warkop DKI. Atau dengan Stairway to Heaven, Immigrant Song, Dazed and Confused, D’yer Mak’er, Misty Mountain Hop, Kashmir, dan karya edan lainnya.
Saya memang tak pernah berkenalan langsung dengan Plant, tapi saya pun tahu kalau dia penggila sepak bola. Lebih tepatnya penggila Wolverhampton Wanderers.
(Baca juga: Besar dan Mati Bob Marley dengan Sepak Bola)
Jika Bob Marley menyimpan rasa cinta yang mendalam terhadap filosofi sepak bola secara umum, Plant adalah musisi dengan fanatisme paling gila terhadap klub yang ia cintai.
Iya, saya tahu Rod Stewart yang mendukung Manchester United, Celtic, dan tim nasional Skotlandia. Saya pun tahu, masih ada Elton John yang menyukai Watford lahir batin, baik secara emosional mau pun finansial.
Tapi Plant berbeda. Di antara kedua nama yang saya sebutkan tadi, tidak ada yang pernah punya masalah rumah tangga hanya gara-gara meluangkan waktu menonton sepak bola daripada bermesraan bersama istri dan anak-anak mereka toh?
Plant mengakui bahwa almarhumah istrinya tak begitu menyukai kegilaan suaminya pada sepak bola.
“Saya sangat ingat final itu, hingga menjadi malapetaka bagi pernikahan saya untuk sementara waktu. Ketika Wolves memenangi Piala Liga (League Cup) pada 1974, saya butuh tiga hari untuk pulang dari Wembley ke Worcestershire,” kata Plant, pada tabloid mingguan Inggris, Sunday Mercury.