Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Apa hendak dikata, Neymar cs nyatanya hanya meraih hasil imbang 1-1 melawan Swiss di laga perdana. Tapi, bukan itu sebenarnya yang melandasi keraguan atas Brasil seperti tercermin di judul tulisan ini.
Hasil imbang melawan Swiss, termasuk cara Brasil kehilangan dua poin di laga tersebut, hanya mempertegas faktor yang tidak dimiliki Brasil untuk menjadi kampiun.
Penulis coba membandingkan skuat Brasil saat ini dengan yang dimiliki pada 1994 dan 2002 ketika menjadi tim terbaik pada 16 dan 24 tahun silam.
Elemen apa yang dulu dimiliki dan juga ada saat ini, bahkan lebih baik, serta apa yang tidak ada, atau setidaknya belum terlihat, di Rusia 2018? Brasil disebut-sebut menjadi juara pada 1994 dan 2002 berkat kekuatan ofensif luar biasa yang dimilikinya.
Di AS, Selecao punya duet mematikan dalam diri Romario dan Bebeto, yang secara bersama-sama mencetak 7 dari total 11 gol Brasil di Piala Dunia ketika itu.
Lethal Weapon I dan II, begitu media Negeri Paman Sam menjuluki mereka ketika itu. Saking hebatnya, Romario dan Bebeto bisa melupakan perselisihan di antara mereka dan terkesan sebagai sahabat karib.
Tidak percaya? Buktinya, saat Bebeto melakukan selebrasi timang bayi selepas mencetak gol kedua Brasil di laga kontra Belanda pada perempat final, adalah Romario yang berdiri di sebelahnya.
(Baca Juga: Prancis dan Jerman Beragam demi Prestasi, Indonesia (Jangan) Terpecah karena Pilpres dan Jalan Tol!)
Persib Bandung Akan Gelar Uji Coba Sebelum Hadapi Persija Jakarta https://t.co/947beXQvio
— BolaSport.com (@BolaSportcom) June 18, 2018
Padahal, semua yang mengikuti kiprah Brasil sebelum tampil di PD 1994 pasti tahu betul rivalitas di antara keduanya.
Persaingan Bebeto dan Romario terbangun dari La Liga. Nama pertama menjadi top scorer La Liga 1992-1993 berkat torehan 29 gol bagi Deportivo La Coruna.