Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM – Dalam sebuah dunia yang ideal, mungkin seharusnya Eden Hazard bermain di Real Madrid, mengenakan nomor punggung 10, dan tersenyum menggendong trofi Ballon d’Or.
Apakah Eden Hazard adalah pemain sepak bola terbaik di dunia saat ini?
“Ya, saya pemain terbaik di dunia saat ini,” jawab Eden Hazard sambil tertawa.
“Namun, Anda selalu bisa berkembang. Anda bisa mencetak lebih banyak gol sebagai contohnya,” kata Eden Hazard lagi.
Tentu saja Eden Hazard sedang bercanda.
Anda tak bisa menjadi pemain sepak bola terbaik di dunia, tidak saat seseorang bernama depan Lionel dengan nama belakang Messi masih berkeliaran di Camp Nou.
Itu adalah petikan wawancara Hazard sebelum laga timnas Belgia kontra Swiss dalam partai persahabatan beberapa hari lalu.
Satu yang perlu digaris bawahi, Hazard paham bahwa sebaik apapun seorang pemain, ia masih bisa berkembang lebih jauh lagi.
Pasti tak ada yang akan menyangkal jika dikatakan bahwa pria berusia 27 tahun itu adalah salah satu pemain terbaik di dunia saat ini.
Namun, apa yang kurang dari seorang Eden Hazard saat ini?
Hal apa yang bisa membuatnya bakal dianggap memiliki level yang sama (atau setidaknya sedikit di bawah) Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo?
Trofi individu pemain terbaik di dunia?
(Baca juga: Sadio Mane, Korban Lionel Messi dalam Borok Popularitas UEFA)
Teropong Masa Depan
Michel de Nostredame, atau lebih kondang dipanggil Nostradamus, adalah seorang pria asal Prancis yang terkenal karena dianggap bisa meramal masa depan.
Dalam buku yang ia tulis tahun 1555, Les Propheties, ada banyak prediksinya yang kini kabarnya jadi nyata: mulai dari lahirnya Adolf Hitler hingga bom atom Nagasaki dan Hiroshima.
Nostradamus kemudian dianggap sebagai ikon seorang manusia yang bisa melihat masa depan.
Meski banyak yang menyangsikan kebenaran prediksinya, hal ini tak membuat Nostradamus kehilangan pamor.
Nostradamus published his "Book of Centuries" OTD 1555, it consisted of four-lined cryptic, rhyming prophetic verses - many have come true. pic.twitter.com/Tbi7eTyg1X
— Marguerite de Bohun (@MdeBohun) March 1, 2017
(Baca juga: Transfer Paco Alcacer, Blunder Besar yang Akan Hantui Barcelona)
Eden Hazard bukanlah Nostradamus, mungkin juga bukan keturunannya. Ramalan tentangnya pun tak ada dalam buku Les Propheties.
Akan tetapi, saat ini Eden Hazard mungkin sedang berharap ia memiliki kekuatan yang sama dengan Nostradamus – melihat masa depan.
Andai saja ia bisa melihat ke masa depan, ia tak perlu lagi dilema dengan pilihan yang harus ia buat sekarang.
Haruskah ia bertahan di Chelsea? Atau pindah ke Real Madrid? Kalau bertahan, sampai kapan?
Sebuah pertanyaan yang harus dijawab oleh Hazard, cepat atau lambat.
(Baca juga: Siapa Sih yang Tak Ingin Menguangkan Lionel Messi?)
Impian dan Kegagalan
"Real Madrid adalah klub terbaik di dunia, saya tak mau berbohong, itu sudah jadi mimpi saya sejak kecil," tutur Hazard usai laga Chelsea melawan Southampton pekan lalu.
Apakah ada manusia di dunia ini yang tak ingin mewujudkan mimpinya?
Bagi Hazard, mimpi itu hampir saja jadi kenyataan musim panas lalu andai tak ada orang bernama Gareth Bale.
(Baca juga: Bus Inter Milan Jadi Saksi Bisu Air Mata Jose Mourinho)
Cerita ini beredar dari salah satu media terkemuka di Spanyol, El Pais.
Musim lalu, ketika Real Madrid masih dilatih oleh Zinedine Zidane, Gareth Bale hampir tak pernah dapat tempat utama.
Bokong Bale lebih sering digunakan Zidane untuk membuat bangku pemain cadangan di Stadion Santiago Bernabeu tetap hangat.
Zidane pula yang kemudian membujuk presiden Real Madrid, Florentino Perez, untuk menjual Bale pada akhir musim - sesuatu yang pada awalnya disetujui Perez.
Dana besar hasil penjualan Bale kemudian akan diinvetasikan ulang ke dalam skuat Los Merengues.
Neymar – nama yang disarankan Perez – ditolak Zidane setelah pria berkepala plontos itu mendapat peringatan dari rekannya, Didier Deschamps, tentang perilaku Neymar yang tak profesional.
Nama Eden Hazard kemudian disetujui keduanya sebagai bintang yang akan diboyong ke Madrid, ia lebih diprioritaskan daripada Harry Kane dan Mohamed Salah.
Akan tetapi semuanya berubah ketika Bale mencetak gol indah yang lebih mirip keberuntungan pada final Liga Champions kontra Liverpool.
“Saya perlu bermain reguler tiap pekan dan hal itu tak terjadi di Real Madrid. Saya perlu berbicara dengan agen saya dan melihat apa yang terjadi,” ujar Bale usai laga final tersebut.
Mendengar ucapan penuh kesedihan itu dan setelah melihat performa Bale di final, Florentino Perez berubah pikiran, ia kini ingin mempertahankan Bale.
Perez kemudian menelepon pemain asal Wales itu dan meyakinkan bahwa Bale akan jadi pemain penting Madrid musim berikutnya.
Hal yang tak diduga Perez adalah Zinedine Zidane marah besar karena merasa Perez mengubah kebijakan klub tanpa memberitahunya terlebih dahulu.
Zidane kemudian mengundurkan diri dan mimpi Hazard berseragam Real Madrid harus digantung kembali ke dalam almari.
(Baca juga: Hubungan Tak Menyenangkan Real Madrid dengan Pelatih Asal Spanyol)
Dilema Eden
Salah satu jalur cepat untuk diakui sebagai yang terbaik di dunia adalah dengan memenangi penghargaan individu sebagai yang terbaik – sebut saja Ballon d’Or dan Pemain Terbaik versi FIFA.
Pindah ke salah satu klub terbesar di dunia, Real Madrid, mungkin bisa jadi jalan agar Hazard mencapai level tersebut.
“Mungkin itulah mengapa saya ingin pergi, mungkin,” jawab Hazard sambil tersenyum ketika apakah alasan ia ingin pindah ke Spanyol demi meraih gelar Ballon d’Or.
(Baca Juga: Mohamed Salah dan Konsep Dewa Pemersatu Bangsa)
Masalahnya, kini keadaan di Real Madrid sudah berubah.
Florentino Perez jelas-jelas lebih menginginkan Neymar daripada dirinya dan Zinedine Zidane sudah tak berada di sana.
Julen Lopetegui belum tentu mau diberi satu bintang yang mungkin tak ia inginkan.
Mengikuti impiannya ke Real Madrid juga seperti meninggalkan ladang emas untuk mencari harta karun yang tak pasti.
Penampilan Eden Hazard di Chelsea racikan Maurizio Sarri tak bisa dipandang sebelah mata.
Sarrismo – atau gaya bermain milik Sarri – seperti membuat Hazard berubah menjadi entitas dari luar planet – tak terdeteksi, berbahaya, dan mematikan!
Transformasi Dries Mertens di Napoli, dari seorang pemain sayap menjadi salah satu penyerang paling mematikan di dunia, mungkin juga bisa terjadi kepada Hazard.
Selain karena keduanya orang Belgia, Mertens dan Hazard memiliki atribut permainan yang mirip-mirip.
Apakah Hazard mau meninggalkan Chelsea era Sarri dengan sepak bola luar biasa demi sesuatu yang tak pasti di Real Madrid?
Setidaknya kita tak akan melihat Hazard membuat pilihan ini pada bursa transfer musim dingin nanti.
“Tidak,” begitu jawab Hazard tegas soal kemungkinan hijrah dari Chelsea pada Januari.
Mungkin Hazard ingin bertahan selama semusim, merasakan sepak bola ala Sarri, sebelum memutuskan masa depannya? Bisa jadi.
Yang jelas mulai saat ini Eden Hazard berjanji tak akan berbicara tentang Real Madrid lagi, hal yang ia akui dalam wawancara dengan media Belgia, HNL.
Apakah Hazard berhenti berbicara karena ia ingin fokus di Chelsea?
Atau justru sebaliknya, kepindahan ke Real Madrid sudah jelas terjadi sehingga ia kini akan berhenti membicarakan hal tersebut?
Entahlah.
Mungkin hanya Tuhan, Hazard, dan Nostradamus yang tahu.