Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tidak ada persiapan sama sekali untuk menyambut suami dari Victoria Beckham itu. Dia baru diberi tahu saat Beckham sudah berada di sekolahnya.
(Baca juga: Cantik dan Seksi! Yuk Intip Potret Sandra Olga Ketika Menjadi MC World Press Briefing Asian Games 2018)
Lalu mereka diantar pada siang hari ke rumahnya setelah selama hampir 3 jam berada di sekolah dan rumah Sripun. Selama kurang lebih 15 menit, Beckham berbincang di rumah Ego. Di ujung pertemuan, Beckham membeli sebuah tas anyaman warna kuning buatan nenek Ego.
Tas itu, lanjut Ego, akan diberikan kepada anaknya yang paling kecil. “Beckham beli tas. Mau dikasih sama nenek, tetapi dia enggak mau, terus dia beli satu. Tasnya warna kuning. Katanya buat anaknya yang kecil,” ucapnya.
Pesan Beckham
Beckham pun menyemangati Ego untuk tidak berhenti belajar dan bekerja keras. Dengan begitu, cita-cita yang dikehendakinya bisa tercapai. “Saya bercita-cita ingin menjadi pengusaha. Ingin membesarkan usaha nenek. Saya diminta belajar dan meraih impian,” ucapnya.
Selain berswafoto dengan Beckham, Ego juga meminta tanda tangan khusus di karikatur bergambar dirinya. Karikatur sebelumnya dibuatkan oleh guru seni di SMP tersebut. “Iya minta tanda tangan di foto (karikatur) saya,” ucapnya. Setelah dari rumah Ego, Beckham kemudian menuju ke PAUD di dekat rumahnya.
Sementara itu, guru yang juga Wakil Kepala SMPN 17 Semarang Kurniawan Sutrisnadi mengatakan, Beckham tertarik mengunjungi rumah Ego karena profilnya yang menarik. Dua siswa, Ego dan Sripun, dipilih langsung oleh UNICEF dan Beckham dari 40 agen perubahan.
“CV Ego dan Sripundati itu menarik karena dari keluarga marginal. Tapi mereka punya semangat belajar tinggi dan masuk 3 besar,” ujar Kurniawan. Sementara Ego, lanjut dia, setiap hari membantu membikin tas anyaman. Kala libur, Ego bahkan ikut bekerja serabutan untuk memenuhi nafkah keluarga. “Kalau libur (Ego) jadi tukang batu,” tambahnya.
Ego dan Sripun merupakan salah satu agen perubahan di sekolahnya. Para agen itu sebagian besar adalah mereka yang menjadi korban bullying dan sebagian lainnya pernah menjadi pelaku bullying.
Bullying terjadi di lingkungan di sekolah. Tidak jarang antar siswa saling mengejek, bahkan memanggil seseorang dengan nama orangtuanya, lalu mengejek warna kulit.
“Semua itu masuk bullying dan itu pengaruh besar pada anak. Nah, Ego ini stigmanya paling nakal dan ternyata bisa diubah melalui pendekatan itu,” tandasnya.