Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kumpulan Pemain Melempem, Ini Starting XI Pembelian Terburuk Liga Inggris Musim 2017-2018!

By Aditya Fahmi Nurwahid - Rabu, 9 Mei 2018 | 05:04 WIB
Striker Chelsea, Alvaro Morata (kiri), merayakan gol bersama rekan setimnya seusai membobol gawang Bournemouth dalam laga perempat final Piala Liga Inggris di Stadion Stamford Bridge, London, pada 20 Desember 2017. ( BEN STANSALL/AFP )

Tak semua pembelian klub-klub Liga Inggris saat bursa transfer berjalan sesuai rencana pada musim ini.

Beberapa pemain justru tampil mengecewakan setelah berpindah jersey menuju tim baru.

Tak jarang, penampilan kurang maksimal justru diperlihatkan oleh nama-nama besar.

Lantas, bagaimana seorang pemain dikatakan menjadi pembelian yang gagal bagi klub?

Yang jelas, penurunan drastis performa, terlebih jika diikuti dengan mahar pembelian yang tinggi, menjadi poin perhatian tersendiri bagi pihak klub. 

Dilansir BolaSport.com dari laman Four Four Two, berikut ini 11 nama yang dianggap menjadi pembelian terburuk pada musim 2017-2018:

Kiper: Joe Hart (Manchester City ke West Ham United)


Kiper West Ham United, Joe Hart (kanan), menepis tendangan pemain Watford, Richarlison de Andrade, dalam laga Liga Inggris di Stadion Vicarage Road, Watford, pada 19 November 2017.(BEN STANSALL/AFP)
Tergeser dari Manchester City, Joe Hart kembali menjadi pemain pinjaman pada musim 2017-2018.

Setelah musim berat bersama Torino, Hart kini berseragam West Ham United dengan harapan kembali membuat kariernya moncer.

Namun sayang, Ia tampil tak cukup baik dengan catatan kebobolan 33 gol dalam 13 pertandingan musim ini.

Statistik kurang apik tersebut membuatnya kini tergusur oleh Adrian yang kerap dipercaya jaga gawang The Hammers.

Bek: Pablo Zabaleta (Manchester City ke West Ham United)


Bek West Ham United, Pablo Zabaleta, berduel dengan pemain Manchester City, Ilkay Guendogan, pada laga Liga Inggris di London Stadium, London, 29 April 2018.(BEN STANSALL / AFP)

Rekan Joe Hart di Manchester City dan West Ham United, Pablo Zabaleta, juga alami hal serupa.

Tergeser oleh bek-bek anyar, Zabaleta harus dilego saat rezim Pep Guardiola berkuasa.

Ditampung West Ham, permainan Zabaleta bukan menjadi yang terbaik.

Bermain sebagai bek kanan, Zabaleta menjadi salah satu faktor penting bahwa gawang West Ham menjadi gawang yang paling sering dibobol dengan catatan 67 gol.

(Baca Juga: Diminati 11 Klub Besar, Klub Ini Paling Berpotensi Dapatkan Gianluigi Donnarumma!)

Bek: Michael Keane (Burnley ke Everton)


Striker Watford, Troy Deeney (bawah), saat berduel dengan bek Everton, Michael Keane, dalam laga Liga Inggris 2017-2018 di Stadion Vicarage Road, Watford, Inggris, pada Sabtu (24/2/2018).(IAN KINGTON / AFP)

Bermain apik pada musim 2016-2017, Everton rela membayar mencapai 25 juta poundsterling untuk daratkan Michael Keane.

Ya, Keane merupakan salah satu bek tangguh pada musim lalu, dan memiliki misi besar menjadikan Everton kuat musim ini.

Namun sayang, pekerjaan Keane tidak cukup baik dibanding performanya musim lalu.

Kini, Everton memiliki catatan kebobolan 55 gol musim ini atau 18 gol lebih banyak dari mantan klub Keane, Burnley.

Bek: Jairo Riedewald (Ajax Amsterdam ke Crystal Palace)

 

A post shared by AD Sportwereld (@adsportwereld) on

Pemain-pemain Ajax Amsterdam memang mencuri perhatian pada musim 2016-2017, terlebih saat wakil Belanda berhasil melaju ke babak final Liga Europa.

Meski kalah dari Manchester United di babak puncak, beberapa pemain Ajax seperti Davinson Sanchez (Tottenham Hotspur) langsung melejit, termasuk Jairo Reidewald.

Namun, ekspektasi tinggi Reidewald ternyata tak terwujud pada kenyataannya.

Jairo Riederwald kalah bersaing dengan bek tengah Crystal Palace, seperti James Tomkins dan Mamadou Sakho, dan posisi aslinya di gelandang bertahan sudah diplot oleh sang kapten, Luka Milivojevic.

Bek: Patrice Evra (Olympique Marseille ke West Ham United)


Bek West Ham United, Patrice Evra, kala melakoni duel udara dengan striker Liverpool, Roberto Firmino, pada pertandingan di Stadion Anfield, Sabtu (24/2/2018).(OLI SCARFF / AFP)

Sebuah transfer kontroversial ketika West Ham United meminang jasa Patrice Evra yang dipecat dari Olympique Marseille.

Ya, Evra memang dikenal sebagai sosok yang tempramental dan keras, meski ia juga dikenal sebagai bek kiri yang handal.

Namun, sejak kedatangannya di West Ham United pada awal tahun 2018, Evra tak memberikan dampak signifikan.

Sang pemain bahkan belum pernah bawa West Ham United menang sejak diturunkan dalam empat laga.

(Baca Juga: 11 untuk 11, Real Madrid Simpan Nomor Punggung Gareth Bale untuk Mohamed Salah)

Gelandang: Renato Sanches (Bayern Munchen ke Swansea)


Gelandang Swansea City, Renato Sanches, dalam laga kontra Tottenham Hotspur di Wembley Stadium, Sabtu (16/9/2017)(IAN KINGTON / IKIMAGES / AFP)

Pada tahun 2016, sosok Renato Sanches menjadi perbincangan kala membantu Portugal menangi Euro 2016.

Bermain kurang maksimal setelah dibeli dari Benfica menuju Bayern Muenchen, Sanches lalu dipinjamkan pada musim ini ke Swansea City untuk menemukan kembali bentuk permainannya.

Namun sayang, Swansea City tak membantunya menjelma menjadi wonderkid di barisan gelandang Liga Inggris.

Pasalnya, cedera dan inkonsistensi permainan membuat sang pemain hanya berlaga di 12 pertandingan musim ini.

Gelandang: Tiemoue Bakayoko (AS Monaco ke Chelsea)


Gelandang Chelsea, Tiemoue Bakayoko, merayakan gol yang dia cetak ke gawang Huddersfield Town dalam laga Liga Inggris di Stadion John Smith's, Huddersfield, pada 12 Desember 2017.(OLI SCARFF/AFP)

Chelsea membayar seorang pemain sebesar 40 juta euro demi mendatangkan Tiemoue Bakayoko dari AS Monaco.

Bakayoko memang sempat memiliki sosok sentral, saat AS Monaco menangi Liga Prancis dan lolos hingga babak semifinal Liga Champions.

Hanya saja, kedatangan Bakayoko ternyata tak secemerlang mantan rekannya yang pindah ke Liga Inggris seperti Benjamin Mendy atau Bernardo Silva.

Sang pemain memang kerap jadi pilihan utama, namun belum cukup meberikan magisnya untuk sang juara bertahan berbicara banyak pada musim ini.

Gelandang: Davy Klaassen (Ajax Amsterdam to Everton)

 

A post shared by Davy Klaassen (@davyklaassen) on

Everton pada musim ini berhasil membajak kapten Ajax Amsterdam musim 2016-2017, Davy Klaassen.

Mahar 23,6 juta poundsterling dikucurkan demi mendatangkan pemain berusia 25 tahun tersebut.

Namun sayang, sosok yang digadang-gadang menggantikan peran Ross Barkley tersebut hanya mendapatkan sedikit kesempatan bermain di skuat Merseyside Biru.

(Baca Juga: Antara Juventus, Napoli, Duo Milan dan AS Roma, Siapa yang Pendukungnya Paling Rajin Ke Stadion?)

Penyerang: Guido Carrillo (AS Monaco ke Southampton)


Striker Southampton, Guido Carrillo (kiri), berduel dengan bek Liverpool FC, Trent Alexander-Arnold, dalam laga Liga Inggris di Stadion St. Mary's, Southampton, pada 11 Februari 2018.(ADRIAN DENNIS/AFP)

Nama Guido Carrillo memang tak terlalu akrab bagi pecinta sepak bola.

Namun jangan salah, Carillo merupakan salah satu pemain penting saat AS Monaco menjadi jawara Liga Prancis dan masuk ke semifinal Liga Champions.

Dibeli dengan mahar 19 juta poundsterling oleh Soton pada bursa transfer Januari, Carillo yang diharapkan bisa ubah nasib Southampton ternyata belum bisa berbicara banyak.

Pemain berusia 26 tahun ini terlihat keulitan beradaptasi di Liga nggris, yang masih tumpul cetak gol meski dengan menit bermain lebih banyak dibanding saat membela AS Monaco.

Penyerang: Alvaro Morata (Real Madrid ke Chelsea)


Penyerang Chelsea, Alvaro Morata, merayakan gol yang ia cetak ke gawang Southampton pada laga semifinal Piala FA 2017-2018 di Stadion Wembley, London, Inggris, pada Minggu (22/4/2018).(BEN STANSALL / AFP)

Sebagai seorang striker utama Chelsea, Alvaro Morata memang bukan pemain yang tumpul di Liga Inggris.

Morata memang berhasil cetak 11 gol dalam 29 pertandingan pada musim perdananya di Liga Inggris.

Namun, harga beli yang mencapai 60 juta poundsterling menjadi faktor pengukur dan memunculkan tanda tanya, apakah Morata dibeli terlalu mahal dari Real Madrid?

Belum lagi, beberapa kritikan kerap tertuju pada sang pemain terlebih kala Morata tak bisa cetak gol dalam waktu lama, seperti saat periode bulan Desember-April 2018.

Penyerang: Kelechi Iheanacho (Manchester City ke Leicester City)


Kelechi Iheanacho menjadi bintang kemenangan Leicester City pada laga ulang Piala FA, Selasa (16/1/2018). (PAUL ELLIS/AFP)

Menggantikan peran Jamie Vardy di lini depan Leicester City memang tak mudah, termasuk bagi Kelechi Iheanacho.

Sebagai seorang pelapis berharga 25 juta poundsterling saat dibeli, Iheanacho bukanlah pemain yang spesial.

Catatan satu gol dari 19 penampilan di Liga Inggris menjadi bukti bahwa tak sedikit penggemar The Foxes, julukan Leicester City, nyinyir bahwa sang pemain kemahalan.

Meski catatkan statistik lebih baik di ajang Piala Liga Inggris dan Piala FA, dengan catatan lima gol, namun Kelechi Iheanacho kerap kali dikritik karena gaya permainannya tak klop dengan skema permainan Leicester City.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P