Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Setelah ramai disebut sebagai kandidat terkuat pelatih Real Madrid, belakangan Mauricio Pochettino malah diberitakan sebaliknya. Dia dicoret Madrid dari daftar calon penerus Zinedine Zidane.
Kabar pencoretan Mauricio Pochettino sebagai calon pelatih Real Madrid itu diungkapkan banyak pihak.
Mulai dari pakar sepak bola Spanyol, Guillem Balague, di Sky Sports hingga Paco Gonzalez dari AS memaparkan hal itu. Kenapa bisa terjadi?
Berbagai alasan menyeruak, mulai dari kendala pelik seperti negosiasi dengan Ketua Klub Tottenham Hotspur, Daniel Levy, hingga keraguan Pochettino bisa meneruskan kejayaan Zinedine Zidane.
BolaSport.com merangkum 5 alasan Pochettino memang tidak cocok menukangi Real Madrid.
1. Tak cocok dengan tradisi instan
Pochettino ialah pelatih muda yang telaten mengembangkan tim dari elemen fundamental.
Dia membangun Southampton dan Tottenham Hotspur dengan tim minim bintang, sarat pemain muda, doyan mempromosikan pemain dari akademi klub, dan memoles pemain terpuruk menjadi bangkit.
(Baca Juga: Siklus Emas Tim Spanyol di Atap Eropa, Siapa Berikutnya?)
Namun, proses itu jelas tak bisa dibilang sebentar.
Butuh kesabaran pemain, suporter, dan manajemen klub hingga melihat Pochettino secara bertahap bisa membentuk Spurs menjadi tim kuat di Inggris seperti sekarang.
Cara kerja itu tak bisa diterapkan di Real Madrid.
Klub tajir Spanyol ini maunya serba-instan. Kalau semusim saja tak dapat gelar atau gagal membentuk tim juara, siap-siap saja tangan besi Presiden Florentino Perez menggebrak Pochettino dari posisinya.
Pochettino bisa nyaman di Santiago Bernabeu, asalkan Perez mengubah wataknya menjadi lebih sabar.
2. Sangat minim pengalaman juara
Muncul perumpamaan Mauricio Pochettino melatih Real Madrid ibarat pebalap baru belajar menyetir yang duduk di kursi mobil Ferrari.
Meski dikenal berbakat cerah dan haus belajar, Pochettino belum pernah membawa klubnya meraih trofi apa pun sejak banting setir menjadi pelatih.
Pengalamannya di level top masih minim. Sebatas membentuk tim kuda hitam adalah spesialisasi pria Argentina berusia 46 tahun itu sejauh ini.
(Baca Juga: Jadwal Lengkap Piala Dunia 2018, Awal dan Akhir di Moskwa)
Sebagai pemain, kariernya pun berkutat di tim-tim non-elite seperti Espanyol, Paris Saint-Germain zaman 2000-an awal, dan Bordeaux.
DNA juara Pochettino kurang menonjol. Titel klub Eropa yang mampir di riwayat hidupnya cuma juara Copa del Rey bersama Espanyol (2000, 2006).
3. Beban sejarah Zidane
Alasan ketiga ini menempel erat dengan poin kedua.
Kalau jadi melatih Real Madrid, Mauricio Pochettino ketiban sial karena bakal terus dibayangi kejayaan yang baru diwariskan oleh Zinedine Zidane.
Kedua pelatih itu seangkatan dalam hal usia. Sama-sama lahir pada 1972, Pochettino hanya lebih tua tiga bulan dari Zidane.
Namun, Pochettino yang sudah menjadi pelatih sejak 2009 kalah jauh dalam hal prestasi dari Zidane.
(Baca Juga: Piala Dunia 2018 - Jadwal Lengkap Grup B, Duel Cristiano Ronaldo Vs Sergio Ramos pada Hari Pertama)
Baru mencicipi kerasnya dunia ramu strategi di tim senior sejak 2016, Zidane sudah mempersembahkan 9 gelar bagi Madrid.
Pochettino? Nihil selama nyaris sedekade.
Masa gemilang pada era Zidane bisa membebani siapa pun yang bakal menjadi penerusnya di Real Madrid.
4. Manajemen pemain bintang
Kesuksesan Zidane membangun tim juara dalam waktu singkat membuktikan kehebatannya mengelola skuat berisi sederet bintang top menjadi unit yang kompak.
Walau tidak selalu rukun, Zidane mampu menekan ego superstar seperti Cristiano Ronaldo atau Gareth Bale hingga mau mendengarkan instruksinya dan berkorban buat klub.
Bagaimana dengan Pochettino?
Tak ada bintang sekelas Ronaldo, Bale, atau Sergio Ramos yang pernah dia poles.
Akan menjadi tugas sekaligus pertanyaan besar bagaimana Pochettino bisa memelihara harmoni di tengah pemain-pemain bintang seperti itu?
5. Kendali transfer tidak leluasa
Di Southampton dan Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino bisa leluasa membentuk tim sesuai kebutuhannya dan anggaran di klub.
Klub sangat mendukung cara kerja Pochettino membentuk tim dengan filosofinya sendiri.
Kewenangan itu sepertinya tak akan dia peroleh di Madrid.
Keahlian negosiasi Presiden Florentino Perez disertai guyuran uang selangit memang terbukti mampu mendatangkan sederet bintang dunia ke Bernabeu.
Namun, Perez mengatur benar arus keluar-masuk pemain.
Siap-siap saja kewenangan Pochettino membangun skuat direcoki kepentingan sang bos besar andai dia jadi ke Madrid.